Tiga Kilometer Pertama: Saat Langkah Berat Menjadi Awal Perubahan

Oct 25, 2025 4 Min Read
Dia perempuan berlari di tangga
Sumber:

Maksim Goncharenok, Pexels

Dari langkah berat menuju irama yang mengalir ringan

Saya selalu menikmati kegiatan berlari. Bukan untuk mempersiapkan diri mengikuti maraton (setidaknya belum), tetapi sekadar berlari beberapa kali dalam seminggu untuk menjernihkan pikiran. Cukup memasang earphone, dan saya siap berangkat.

Sejak awal, saya selalu merasa bahwa tiga kilometer pertama adalah bagian tersulit dari setiap sesi lari. Kadang saya harus berhenti beberapa kali hanya untuk menyelesaikan beberapa putaran. Rasanya selalu menjadi perjuangan tersendiri, terutama bagi pelari santai seperti saya.

Bahkan sekarang, setelah rutin berlari setiap minggu, saya masih sering merasa kelelahan di awal. Hal itu sempat membuat saya berpikir bahwa mungkin tubuh saya memang tidak cocok untuk lari, jadi tidak ada gunanya memaksakan diri terlalu keras.

Namun suatu hari, saya memutuskan untuk sedikit menantang diri sendiri. Saya mulai lebih memperhatikan pola napas agar bisa bertahan lebih lama. Saya juga menyiapkan daftar lagu pilihan sebelumnya untuk membantu menjaga semangat.

Baca Juga: Tetap di Zona Nyaman atau Mencari Tantangan? Pertimbangan Karier Anda

Hasilnya mengejutkan. Bukan hanya berhasil menambah jarak beberapa kilometer, saya juga merasakan apa yang disebut runner’s high untuk pertama kalinya.

Saya kemudian mengetahui bahwa runner’s high adalah momen ketika tubuh akhirnya beradaptasi dan langkah terasa lebih ringan. Ada perasaan euforia yang membuat seluruh proses berlari terasa lebih menyenangkan. Penelitian menjelaskan bahwa kondisi ini terjadi karena pelepasan endorfin dan endocannabinoid, zat yang juga diaktifkan dalam sistem tubuh saat seseorang menggunakan ganja. Menarik, bukan?

Ketika pertama kali mengalaminya, saya sempat merasa aneh karena selama ini lari selalu terasa melelahkan. Setelah mencari tahu, saya menemukan bahwa pengalaman ini ternyata sangat umum. Tidak hanya sensasi bahagia di puncaknya, tetapi juga rasa lelah dan perjuangan di awal yang dialami hampir semua pelari.

Tidak ada titik pasti kapan runner’s high muncul, tetapi bagi saya, biasanya terjadi setelah berlari selama 40 hingga 50 menit. Ketika momen itu datang, semua rasa tidak nyaman sebelumnya terasa sepadan. Melelahkan, tetapi layak diperjuangkan.

Pengalaman itu benar-benar membuka mata saya. Saya menyadari bahwa tubuh saya sebenarnya sedang beradaptasi, bukan gagal. Bahkan atlet profesional pun melewati fase yang sama, hanya skalanya yang berbeda. Mengetahui hal itu membuat saya merasa lebih tenang dan diterima. Dan dari sana, saya menyadari sesuatu yang lebih besar.

Tulisan di atas papan

Jorge Urosa, Pexels

Pertumbuhan diri (Self-growth) ternyata bekerja dengan cara yang sama. Ketika kita mencoba hal baru seperti belajar keterampilan, mengambil peran kepemimpinan, atau membangun kebiasaan yang lebih baik, fase awalnya selalu terasa lebih berat dari yang dibayangkan. Kita sudah berusaha keras, namun tetap ragu dan bertanya-tanya apakah cara kita salah. Seperti kilometer pertama dalam lari, semuanya terasa menanjak dan membuat kita ingin berhenti sebelum menemukan ritme yang pas.

Baca Juga: Mengubah Kesepian Jadi Pertumbuhan Pribadi

Banyak orang menyerah di titik ini. Kita sering salah paham, mengira rasa tidak nyaman adalah tanda bahwa kita tidak mampu. Padahal bisa jadi perjuangan itulah pemanasan menuju titik perubahan. Pertumbuhan membutuhkan kesabaran melewati masa penyesuaian yang terasa canggung. Jika kita terus bertahan, hal-hal yang dulu terasa sulit akan mulai menjadi kebiasaan. Keterampilan yang semula kikuk berubah menjadi alami. Proyek yang dulu tidak kita pahami justru menjadi bidang yang kita kuasai.

Dalam berlari, saat keinginan menyerah muncul, sering kali itu hanyalah pikiran yang ingin mencari aman. Kuncinya adalah mengetahui kapan harus mendorong diri dan kapan perlu menghormati batas tubuh sendiri.

Dan satu hal yang perlu diingat, tidak setiap sesi lari menghasilkan runner’s high. Namun ketika itu terjadi, rasa puasnya sangat besar. Sensasi itu mampu meningkatkan suasana hati dan memotivasi saya untuk terus berlari lebih jauh, menantang rekor pribadi, satu kilometer demi satu kilometer.

Pengalaman itu mengingatkan saya bahwa pertumbuhan bukanlah perlombaan cepat. Hasil terbaik datang kepada mereka yang cukup sabar menunggu hingga langkah mereka seirama dengan tujuan.

Inilah hal yang sering terlewat dalam perjalanan berkembang. Pertumbuhan tidak selalu terlihat jelas. Sering kali, ia tersembunyi di balik rasa lelah, jeda, dan keraguan. Baru setelahnya kita menyadari bahwa apa yang dulu terasa berat sebenarnya adalah awal dari perubahan.

Jadi, jika kamu sedang berjuang di tahap awal sesuatu yang baru dan semuanya terasa lebih sulit dari yang seharusnya, ingatlah ini. Kamu tidak gagal. Mungkin kamu hanya sedang berada di tiga kilometer pertamamu, dan di sanalah perubahan sesungguhnya mulai terjadi.

Share artikel ini

Alt

Anggie adalah editor bahasa Inggris di Leaderonomics. Sehari-harinya ia banyak berkutat dengan pembuatan konten, ditemani setia oleh secangkir teh hijau hangat atau iced latte.

Alt

Mungkin Anda Juga Menyukai

perempuan yang iri dengan temannya

Penderitaan dari Membandingkan Diri dengan Orang Lain

Oleh Juliet Funt. Sifat kita sebagai manusia yang suka membanding-bandingkan mungkin tidak akan pernah hilang, namun kita bisa membiasakan diri untuk tidak dikendalikan olehnya.

Dec 01, 2023 4 Min Read

Wawancara Kepemimpinan: Kepemimpinan Yang Melayani

Kepemimpinan Yang Melayani

Theo Litaay, SH, LLM, Ph.D, membahas penerapan kepemimpinan yang melayani dalam organisasi untuk meningkatkan kinerja tim dan kesejahteraan.

Feb 19, 2025 56:41 Min Video

Jadi Seorang Pembaca Leader's Digest