Refleksi Diri, Kunci dari Kehidupan Bermakna

Apr 02, 2021 1 Min Read
Refleksi Diri, Kunci dari Kehidupan Bermakna
Sumber:Pexels.com
Sudahkah Anda merasakan manfaat dari refleksi diri?

Beberapa tahun yang lalu, saya mendengar cerita tentang seorang kuli bangunan tua yang ingin pensiun. Dia memberitahu bosnya tentang rencananya untuk pergi. Bosnya sedih mendengar keputusan salah satu pekerjanya yang setia itu, lalu meminta si kuli untuk membangun sebuah rumah sebagai permintaan terakhir.

Kuli itu setuju, namun dia setengah hati menjalankan pekerjaannya. Tidak ada gairah di dalam dirinya yang tersisa. Dia melakukan pekerjaannya dengan buruk dan menggunakan material yang kurang berkualitas. Begitu rumahnya jadi, sang bos menyerahkan kunci rumah itu kepadanya, “Ini rumahmu. Hadiah dari saya.” 

Lantas, kuli bangunan itu terkejut. Dia menyesal karena dirinya tahu dia tidak mengerjakan rumah tersebut dengan baik. Jika saja dia tahu apa yang sedang dia bangun sebelumnya, tentunya dia akan mengerjakannya dengan maksimal.

Bukankah itu sama dengan kita? Sering kali kita memulai sesuatu dengan maksimal, kemudian berusaha seadanya setelah beberapa waktu. Sikap kita mulai berbeda, namun kita menghibur diri dengan mengatakan itu tidak masalah. 

Dalam kebanyakan kasus, ini sangat penting. Setiap hari begitu berharga, saat kita membangun ‘bangunan’ kehidupan kita. 

Baca juga: Tetap Objektif Walaupun Harus Evaluasi Diri Sendiri

Ketika saya bekerja di General Electric, orang selalu berbicara tentang ‘rumah yang dibangun Jack’. Jack Welch, dengan jerih payahnya membangun fondasi General Electric, pada akhirnya berhasil membuat perubahan yang luar biasa. Usaha Jack selama lebih dari 20 tahun tidak mengkhianati hasilnya di kemudian hari. 

Ketika kita tidak mendapatkan promosi yang kita inginkan, atau kita gagal mendapatkan apa yang orang lain dapatkan, kita bingung.

Mungkinkah karena ‘rumah’ yang kita bangun tidak memiliki fondasi yang kuat atau material yang bagus? Padahal, hal tersebut tidak hanya dihitung dari performa kita tahun ini atau keberhasilan kita beberapa waktu lalu. Kesuksesan kita tercerminkan dari efektivitas kumulatif yang kita lakukan setiap harinya. 

Jadi, bagaimana seseorang memastikan bahwa mereka efektif setiap hari? Berdasarkan penelitian kami, ini membutuhkan keseimbangan antara tindakan dan refleksi. Sementara kebanyakan pemimpin lebih mengarah pada tindakan, pemimpin yang baik akan menyeimbangkan refleksi dan tindakan untuk hasil yang lebih maksimal.

Pemimpin yang tidak efektif

Alt

Sumber: Yan Krukov dari Pexels.com

Sebagian besar pemimpin mengatakan sumber daya yang tidak mereka miliki adalah waktu. Namun, jika Anda benar-benar mengamati manajer selama sehari, Anda akan melihat mereka bergegas menghadiri rapat dan terus-menerus memeriksa handphone mereka.

Selama 10 tahun, Bruch dan Ghoshal mengamati perilaku manajer yang ‘sibuk’. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa 90% manajer menyia-nyiakan waktu dalam segala tindakan dan kegiatan yang tidak efektif. Hanya 10% manajer yang menghabiskan waktu mereka dengan bermanfaat dan reflektif. 10% dari mereka diklasifikasikan sebagai pemimpin hebat.

Di sisi lain, Psikiater John Diamond menemukan bahwa 90% orang membenci pekerjaan mereka. Mereka datang bekerja untuk menghabiskan waktu dan tidak sabar untuk pulang. Perbedaan antara pemimpin yang mencintai pekerjaan mereka dan mereka yang tidak adalah bahwa mereka meluangkan waktu di kesehariannya untuk mengisi ulang energi mereka dan melakukan refleksi diri.

Baca juga: Pemimpin yang Ideal Harus Banyak Bertanya

Refleksi diri

Berbicara mengenai refleksi diri, saya belajar banyak dari tokoh bersejarah asal Amerika Serikat bernama Ben Franklin. Ben memiliki pendekatan refleksi diri yang sistematis, dengan menjadikan hal itu sebagai bagian mendasar dari hidupnya. Dia menuliskan 13 daftar kebajikan yang akan ia terapkan sehari-hari dan mengevaluasi kepemimpinannya berdasarkan daftar tersebut. 

Pada dasarnya, mengevaluasi diri sendiri itu tidak pernah mudah. Kita harus bersedia mengakui kesalahan, kegagalan, dan kekurangan kita. Menariknya, Steve Jobs pergi ke India untuk refleksi diri sebelum mendirikan Apple.

Dalam bisnis, refleksi memberikan peluang bagi suatu perusahaan untuk berkembang dan meningkatkan kualitas layanannya. Bisnis tumbuh ketika orang-orang di dalamnya mendalami apa yang mereka kerjakan.

Jadi, apa yang diperoleh seseorang melalui refleksi diri? 

  1. Fokus - mulai bertindak dan mengerjakan tugas sampai selesai.
  2. Energi - tenaga yang muncul dari komitmen diri.
  3. Belajar - kemampuan untuk memperbaiki kesalahan dan meningkatkan diri sendiri.


Fokus tanpa energi menyebabkan eksekusi yang tidak maksimal. Di sisi lain, energi tanpa fokus membuat kita kehilangan arah dalam bekerja. Dan jika Anda tidak belajar dari kesalahan, pasti Anda akan mengulanginya lagi.

Ketiga hal itu hanya bisa diperoleh melalui refleksi diri. Orang yang suka menunda-nunda biasanya adalah mereka yang mempunyai tingkat energi dan fokus yang rendah. Pemimpin dengan fokus tinggi namun berenergi rendah pun tidak mampu menginspirasi orang lain dan gagal mengembangkan tim miliknya. Manajer dengan energi tinggi tetapi fokus rendah akan membingungkan karyawan mereka dengan pekerjaan yang kacau balau.

Manajer reflektif didorong oleh tujuan, semangat, dan keingintahuan yang tinggi. Mereka memulai hari dengan refleksi diri untuk memastikan eksekusi dan tindakan yang akan mereka lakukan berkesinambungan. 

Baca juga: Bahagia dengan Berhenti Membandingkan Diri

Fokus

Konfusius pernah berkata, "Seorang pria yang mengejar dua kelinci sekaligus tidak akan menangkap apa-apa." 

Dalam Star Wars episode 1, Qui-Gon berkata pada Jedi Anakin muda, "Selalu ingat, fokus kamu menentukan realitasmu.”

Di ujung hari yang melelahkan, jika kita fokus pada seberapa lelahnya kita, umumnya kita akan tetap lelah dan berakhir di depan TV. Jika kita memfokuskan kembali pikiran dari lelah karena harus sehat, ada kemungkinan besar kita akan berolahraga.

Sangat mudah untuk terganggu dengan TV, tablet, dan handphone yang kita miliki saat ini. Gangguan tersebut mencuri kekuatan fokus kita. Dan melalui refleksi, semua itu dapat dikoreksi. 

Energi

Refleksi menghasilkan gairah dan energi. Energi yang berasal dari keinginan dan gairah karena Anda termotivasi untuk melakukan sesuatu. 

Penulis Bill Strickland berkata, ”Gairah tidak dapat ditolak. Gairah adalah ide, harapan, dan kemungkinan yang secara alami akan muncul di benak pikiran Anda.”

Strickland percaya bahwa hanya dengan mengikuti hasrat Anda, Anda akan membuka potensi terdalam Anda. “Saya tidak pernah melihat kehidupan yang bermakna yang tidak didasarkan pada suatu gairah yang kuat. Dan saya tidak pernah melihat kehidupan yang penuh gairah yang tidak luar biasa." 

Belajar dari Kesalahan

Refleksi mengajarkan kita untuk belajar dari masa lalu. Kita semua pasti pernah membuat kesalahan, bahkan kesalahan besar sekalipun. Kita pernah berada dalam situasi di mana segala sesuatu tidak berjalan sesuai rencana. Tapi, seberapa sering kita meluangkan waktu untuk merenungkan kesalahan kita itu?

"Kita tidak belajar dari pengalaman, kita belajar dengan merefleksikan pengalaman." - John Dewey

Baca juga: 3 Cara Mengenal Diri Sendiri (Self Awareness)

Evaluasi sikap Anda setiap hari

Alt

Sumber: Andrea Piacquadio dari Pexels.com

Menjalani kehidupan yang bermanfaat dimulai dari diri kita masing-masing dengan berpikiran dan berperilaku positif. Pasalnya, sikap kita bisa mempengaruhi suasana hati orang lain. Karyawan Anda menjadi bersemangat ketika Anda bersemangat karena mereka menerima energi dari Anda. 

Namun, dengan segala kepadatan aktivitas kita sehari-hari, kita merasa tidak memiliki waktu untuk refleksi diri.

Saya ingat seorang bos pernah mengatakan kepada saya bahwa saya tidak dibayar untuk duduk dan berpikir. Kalau dipikir-pikir, itu mungkin saran terburuk yang saya terima. Para pemimpin harus menghabiskan setidaknya seperempat waktu mereka untuk memikirkan masa depan perusahaan dan merenungkan masa lalu. 

Meskipun terdengar aneh, namun "pekerjaan nyata" hanya dapat dilakukan dengan benar ketika Anda tahu ke mana Anda akan pergi dan memiliki energi untuk sampai ke sana.

Penutup

Jika kita dapat melakukan banyak hal, kita mungkin akan melakukannya secara berbeda-beda. Dan mungkin lebih baik. Tetapi masalahnya adalah, kita tidak bisa kembali. Kita seperti kuli bangunan di awal tadi. Setiap hari kita memalu paku, menempatkan papan, atau mendirikan tembok dalam karir, keluarga, dan kehidupan kita. Apakah Anda melakukannya dengan fokus dan penuh energi? Apakah kita memperbaiki diri dengan belajar dari kesalahan kita?

Jika semangat dalam diri Anda telah berkurang dan Anda menjalani hidup bagaikan dalam mode otomatis, sekarang saatnya Anda untuk mempertimbangkan kehidupan. 

Socrates, Ben Franklin, dan kebanyakan pemimpin besar lainnya percaya bahwa refleksi diri mengarah pada kehidupan yang bermanfaat dan memuaskan. Dan jangan katakan Anda tidak punya waktu. Buddha pun mengatakan, "Semua yang ada dalam diri kita adalah hasil dari apa yang kita pikirkan."

Jika Anda tertarik untuk menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, kunjungi Budaya! Budaya adalah aplikasi yang menawarkan berbagai fitur employee engagement untuk mempererat komunikasi dan rasa kebersamaan dalam organisasi Anda.

Pelajari lebih lanjut tentang Budaya di sini atau email info@leaderonomics.com

Share artikel ini

Kepribadian

Tags: Sifat Positif

Alt
Roshan adalah pendiri dan CEO dari Leaderonomics Group, kepala redaksi untuk Leaderonomics.com dan seorang yang menamakan dirinya sendiri dengan sebutan 'kuli'. Ia percaya bahwa semua orang bisa menjadi pemimpin dan dapat membuat lekukan di alam semesta dengan cara mereka masing-masing.
Alt

Mungkin Anda Juga Menyukai

Alt

Bisakah Kesetiaan Loyalitas Terlalu Jauh?

Artikel ini Ditulis Oleh : Michelle Gibbings. Bisakah Kesetiaan Loyalitas Terlalu Jauh?

Apr 02, 2023 3 Min Read

Jadi Seorang Pembaca Leader's Digest