Percaya Diri Tanpa Berlebihan: Kunci Sukses Public Speaking

Sep 19, 2025 13 Min Read
Seorang Pria Memegang Sebuah Mikrofon
Sumber:

Matheus Bertelli, Pexels

Apa yang muncul di kepala Anda saat mendengar kata public speaking?

Apapun itu semoga bukan ketakutan berlebihan yang membuat perut mulas hanya karena membayangkannya. Berbicara di depan lebih dari satu orang, di tengah lingkungan yang penuh penilaian, di mana hampir semua orang membutuhkan validasi dari sekitar, dapat menjadi tantangan yang lebih besar daripada sekadar glossophobia.

Diambil dari berbagai referensi dan rujukan, glossophobia adalah ketakutan akan bicara di depan orang banyak. Kondisi ini bukan gangguan mental, tetapi dapat memengaruhi karier dan kehidupan seseorang. Kalau ada yang beranggapan public speaking bukan buat semua orang, saya sepakat untuk tidak sepakat. Karena pada kenyataannya, baik ekstrovert, introvert, maupun ambivert dapat menguasai keterampilan berbicara di depan publik. Asalkan mengetahui strategi, memahami tantangan, dan mengatasi hambatannya. Yang terpenting, yakinlah kalau Anda bisa menjadi seorang pembicara handal. Berapa pun tingkat IQ Anda, kemampuan berbicara tetap bisa diasah. Percayalah dulu pada diri sendiri.

Baca Juga: Cara Menenangkan Hati sebagai Seorang Introvert

Di awal perjalanan karir, saya tidak memahami apa itu public speaking.  Saya tidak mengerti mengapa hal ini penting untuk dipelajari dan apa manfaatnya bagi kehidupan saya. Sejak lahir kita semua diajarkan untuk berbicara. Apalagi sejak sekolah, saya kerap tampil ke depan kelas. Tinggal berbicara, apa susahnya? Sejak dulu saya juga terbiasa maju menjawab pertanyaan guru, menjadi pembawa acara di sekolah, tampil di pentas seni, memimpin upacara, semua berjalan baik-baik saja. Saat itu saya tidak peduli pada penilaian orang lain. Yang penting saya tidak malu atau mempermalukan diri. Tapi saya salah. Setiap kesempatan yang saya dapatkan seolah hanya datang sekali, mungkin karena orang lain enggan melakukannya atau sekadar kasihan pada saya. Selama ini saya maju hanya untuk mendapat perhatian, tanpa memikirkan bagaimana hasilnya. Tanpa pencapaian. Saya terlalu percaya diri.

Pandangan tersebut berubah ketika kesempatan itu menjadi sebuah pekerjaan yang mendapat apresiasi. Semuanya berubah ketika saya menjadi penyiar radio. Meski pelajaran ini saya dapatkan lewat cara yang tidak selalu menyenangkan. Diskors, diganti, hingga dipecat. Pengalaman sebagai penyiar, presenter TV, maupun MC saya dapatkan sejak usia 18 tahun. Usia yang membuat seseorang merasa nyaman dengan dirinya, hanya memikirkan hari ini, seolah dunia ada di genggaman. Saya tidak menyadari bahwa apa yang saya miliki dapat hilang begitu saja.

Dan benar, ketika saya tampil tanpa persiapan, apresiasi itu hilang dan diberikan kepada orang lain yang tampil lebih baik.  Saya merasa tersiksa melihat kesempatan yang seharusnya bisa saya raih justru diberikan kepada orang lain. Hal ini membuka pikiran dan pemahaman saya. Membuat saya lebih berpikir keras untuk mempersiapkan diri saat tampil bicara. Saya pelajari sisi teori dan lihat para senior mempraktekannya. Perlahan kesempatan itu kembali datang. Ternyata kalau saya bicara lebih jelas, lebih baik, lebih terstruktur, dan orang dapat memahami serta mengikuti apa yang saya sampaikan, kemampuan ini bisa menjadi sumber penghasilan. Asalkan kita memahami ilmunya dan mau melakukannya.

Self-esteemSelf-confidence dan Self-worth

Saya pernah bertemu dengan dua orang yang memiliki tingkat rasa percaya diri yang berbeda.Seseorang memiliki keahlian tinggi namun kurang percaya diri dengan kemampuannya. Sementara yang lain memiliki kemampuan biasa saja, tetapi rasa percaya dirinya sangat besar. Keduanya bekerja di bidang yang sama. Mengejar prestasi yang kurang lebih sama. Saat lingkungan kerjanya, termasuk saya, berinteraksi dengan mereka, ada perbedaan tingkat kenyamanan dan keterpercayaan. Seseorang yang tidak percaya diri, sulit meyakinkan kami bahwa dia adalah orang yang tepat untuk mengerjakan tanggung jawabnya meski dia adalah seorang yang hebat dalam keahliannya. Tapi yang lebih percaya diri, mampu meyakinkan kami untuk bisa bekerja sama dan percaya dengan apa yang disampaikannya. Saya yakin apapun tantangan yang akan dihadapinya, pasti akan ada pemecahan masalahnya karena dia percaya diri akan menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan baik.

Kredibilitas = keahlian + keterpercayaan

Percaya diri ini bukan membuat seseorang menjadi superman atau wonder woman, menjadi anti kritik, atau selalu memiliki jawaban benar.  Namun sikap ini membuat seseorang lebih terbuka terhadap hal-hal baru, menemukan keahlian-keahlian baru bahkan memberikan rasa nyaman kepada orang-orang sekitarnya. Penting sekali untuk seseorang memiliki rasa positif ini karena dapat membantu meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. Rasa percaya diri memungkinkan seseorang untuk mengatasi rasa takut, menghadapi tantangan dengan lebih baik, berinteraksi secara positif dengan orang lain, dan meraih kesuksesan dalam berbagai aspek kehidupan.

Pernah Anda melihat kucing meloncat ke atas atau ke bawah? Saat hendak melompat ke bawah, ia cenderung ragu karena tidak tahu seberapa jauh jarak jatuhnya. Dia akan berpikir lebih lama sebelum mengambil keputusan. Namun pada saat ia mau loncat ke atas, ia akan lebih yakin karena sudah bisa mengukur seberapa jauh ia akan meloncat dan seberapa besar ia akan mengeluarkan tenaganya. Maka dalam waktu yang lebih singkat, dia akan sampai ke tujuannya. Itulah kuncinya. Rasa percaya diri muncul ketika kita tahu tujuan yang ingin dicapai, apa target yang akan dikejar, dan ke mana titik akhir kita akan sampai. Saat membayangkan keberhasilan dan kebahagiaan yang diraih, kita akan mengukur kemampuan yang diperlukan lalu mengerahkan tenaga dengan penuh keyakinan.

Dengan memiliki rasa percaya diri yang sehat, seseorang cenderung lebih berani mengambil langkah-langkah untuk mencapai tujuan, serta merasa senang dengan diri sendiri. Sehingga sukses yang diinginkan dapat tercapai. Biasanya self-esteem dan self-confidence adalah dua konsep yang seringkali disalahartikan, tetapi keduanya memiliki perbedaan yang penting. Belum lagi soal self-worth yang harus kita miliki. Mari kita jelajahi perbedaannya.

  1. Self-Esteem (Harga Diri)

Self-esteem menggambarkan perasaan subjektif seseorang tentang arti dirinya atau nilai pribadi dia lihat dari dirinya. Fokusnya adalah pada penilaian diri berdasarkan kualitas, pencapaian, atau aspek tertentu dalam hidup.

Contoh: Seseorang dengan self-esteem yang tinggi merasa menghargai dan menyukai diri sendiri, terlepas dari kondisi yang dialaminya.

  1. Self-Confidence (Percaya Diri)

Self-confidence menekankan pada keyakinan dalam kemampuan untuk melakukan tugas atau mencapai tujuan. Fokusnya  lebih spesifik dan terkait dengan kepercayaan diri dalam bidang kehidupan atau hal tertentu.

Contoh: Seorang penyanyi mungkin memiliki self-confidence yang tinggi dalam menyanyikan lagu tertentu, tetapi mungkin memiliki self-esteem yang rendah secara keseluruhan.

Baca Juga: Pemimpin yang Percaya Diri

  1. Self-Worth (Nilai Diri)

Self-worth berkaitan dengan nilai intrinsik setiap individu, terlepas dari pencapaian atau penilaian eksternal. Fokus self-worth mengakui bahwa kita berharga, dapat dicintai, dan memiliki nilai penting dalam kehidupan ini. 

Contoh: Memiliki self-worth yang tinggi berarti kita menghormati dan menghargai diri sendiri seperti kita menghormati orang lain.

Mengapa penting memiliki ketiganya?

Karena ketiganya bermanfaat bagi kesehatan mental maupun  fisik. Anda tentu ingin hidup maksimal seperti yang diinginkan. Hidup dengan self-esteem rendah dapat menimbulkan depresi atau kecemasan. Kalau sudah begini, maka sulit mencapai hidup ideal versi Anda. Dengan memiliki dan memahami harga diri, percaya diri dan nilai diri, Anda akan terbantu dalam meningkatkan kualitas hidup. Karena dengan memiliki keseimbangan antara self-worthself-esteem, dan self-confidence membantu kita merasa lebih baik tentang diri sendiri dan menghadapi berbagai tantangan dan situasi dengan lebih percaya diri.

Ingat, ketiganya saling terkait dan memainkan peran penting dalam membentuk citra diri kita. Meningkatkan atau menguranginya sedikit saja, maka akan memberikan sebuah perbedaan yang nyata.

Mitos Mengenai Percaya Diri

Dalam upaya meningkatkan rasa percaya diri, ada beberapa mitos yang harus dipahami.

Mitos 1: Rasa percaya diri artinya Anda hebat dalam segala hal

Percaya diri tanpa kompetensi artinya delusi. Kompetensi tanpa rasa percaya diri artinya potensi yang sia-sia. Anda bisa melihat Lionel Messi atau Cristiano Ronaldo di lapangan. Kalau keduanya hanya memiliki rasa percaya diri tanpa latihan dan usaha untuk menghebatkan diri, maka semua akan menjadi khayalan belaka. Begitu pula kalau mereka hanya berlatih tapi tanpa rasa percaya diri di lapangan, maka semua usaha tidak akan ada artinya. Jadi, percaya diri akan membuat Anda meraih sukses, dan upaya meningkatkan keahlian dan kemampuan akan memantaskan diri Anda menjadi sukses.

Mitos 2: Rasa percaya diri artinya tidak ada untuk keraguan sedikitpun

Sangat manusiawi saat memiliki rasa ragu dalam level tertentu. Karena hal itu akan. Membuat Anda mengerahkan semua kemampuan yang dimiliki. Saat seorang komika terlalu percaya diri menyampaikan materinya, biasanya dia akan terlalu santai dan bisa terpeleset karena materinya menyinggung atau melanggar batas etika dan norma. Tapi kalau ada sedikit keraguan dalam dirinya, maka dia akan lebih waspada dan menyusun perencanaan premis dengan lebih matang. Hal ini akan membuatnya bisa meraih kesuksesan dalam menghibur tanpa menyebabkan ketersinggungan. Jadi tidak apa memiliki sedikit keraguan, asal tidak dikendalikan olehnya, agar Anda mengerahkan semua kemampuan yang dimiliki untuk mencapai tujuan.

Mitos 3: Alkohol akan meningkatkan rasa percaya diri

Dalam sebuah sesi mengajar mata kuliah public speaking di sebuah kampus, ada satu mahasiswa mengatakan bahwa salah satu cara agar lebih percaya diri adalah dengan minum-minum. Saya tidak setuju. Saya jelaskan, bagaimana biasanya seseorang yang minum alkohol tidak akan berhenti di satu gelas. Pada kenyataannya, alkohol menurunkan kesadaran dan membuat seseorang meremehkan risiko. Mereka mungkin merasa hebat, tetapi tidak mampu mengendalikan keputusan dan menilai situasi secara tepat. Rasa percaya diri yang sejati berasal dari persiapan, bukan dari minuman.

Cara Meningkatkan Self-Esteem dan Self-Confidence

Self-esteem dan self-confidence adalah dua aspek penting dalam membentuk citra diri kita. Dalam level yang baik, maka akan membuat kita memiliki kesehatan mental yang baik pula. Berikut adalah beberapa cara untuk meningkatkan keduanya:

1. Meningkatkan Self-Esteem (Harga Diri)

Pahami Kelebihan dan Kekurangan Diri

  • Kenali dan terima diri Anda sepenuhnya, termasuk kelebihan dan kekurangan. Perkembangan diri Anda tiap harinya akan menuntut Anda untuk terus mengenali dan menerima diri Anda yang baru.
  • Ingatlah bahwa setiap orang memiliki kelemahan dan itu adalah bagian normal dari manusia.

Tetapkan Tujuan yang Realistis

  • Menetapkan tujuan memberikan fokus, motivasi, dan arah hidup. Jangan terbuai oleh ambisi yang akhirnya membuat Anda sulit menerima kegagalan. Karena ini akan meruntuhkan rasa percaya diri Anda.
  • Pastikan tujuan yang Anda tetapkan dapat dicapai dan realistis.

Jaga Kesehatan Mental

  • Perhatikan cara Anda berbicara kepada diri sendiri dan bagaimana Anda merawat kesehatan mental dan diri sendiri.
  • Terapkan kebaikan pada diri sendiri dan praktik perawatan diri. Kalau kata Gen Z, self-reward penting untuk tetap waras.

Baca Juga: Memahami Perbedaan Kesehatan Mental dan Kesehatan Emosional

Belajar dari Kesalahan

  • Lihat kegagalan dan situasi tidak nyaman sebagai peluang untuk belajar dan tumbuh menjadi lebih baik.
  • Jangan biarkan kegagalan merusak harga diri Anda.

Kurangi Perbandingan Diri

  • Hindari membandingkan diri dengan orang lain. Meski kita perlu memiliki mentor dan benchmark dalam sebuah bidang, tapi pahami bahwa tiap orang punya pengalaman hidup dan keunikannya masing-masing.
  • Fokuslah pada perjalanan dan kemajuan pribadi Anda. Karena tiap orang punya tantangan hidup berbeda yang kita tidak pernah tau apa sebenarnya.

Melatih Afirmasi Positif

  • Ucapkan kata-kata positif kepada diri sendiri setiap hari.terutama di pagi hari dan malam saat sebelum tidur. Mendengarkan sinar berisi motivasi, terkadang dapat mempengaruhi cara kita melihat sebuah situasi.
  • Ini membantu memperkuat perasaan positif tentang diri Anda.

Cari Dukungan

  • Berteman dengan orang-orang yang positif dan mendukung. Bukan berarti kita memilih dengan siapa kita berteman. Tapi kita bisa memilih ke siapa kita bisa percaya.
  • Dukungan sosial dapat membantu memperkuat harga diri.

2. Meningkatkan Self-Confidence (Percaya Diri)

Persiapan yang Baik

  • Kuasai materi dan persiapkan diri dengan baik sebelum tampil di depan umum. Menambah pemahaman Anda, akan membuat lebih yakin dalam bertindak. Seperti seorang tentara yang berangkat ke medan perang, tentu akan lebih baik kalau dia menyiapkan semua senjata andalan, meski belum tentu semua akan digunakan.
  • Latihan dan pengalaman jam terbang membantu membangun keyakinan diri.

Visualisasi Positif

  • Bayangkan diri Anda berhasil dan percaya diri saat berbicara atau tampil. Bayangkan apresiasi yang akan didapatkan setelah selesai melakukan tanggung jawab Anda.
  • Visualisasi membantu mengurangi kecemasan berlebihan.

Fokus pada Pesan Anda

  • Alihkan perhatian dari diri sendiri dan fokus pada pesan yang ingin disampaikan. Lupakan hal-hal negatif yang menghampiri hati dan kepala Anda. Meski itu adalah kenyataan, Anda harus bisa abaikan sejenak sampai selesai tugas.
  • Ingatkan diri Anda mengapa Anda berbicara atau tampil di depan orang banyak.

Berbicara dengan Percaya Diri

  • Perhatikan postur tubuh dan gunakan suara yang jelas. Latih semua hal yang akan digunakan saat bicara, seperti suara, tangan, ekspresi wajah, atau alat-alat presentasi yang mungkin akan digunakan.
  • Tatap mata audiens dan berbicara dengan keyakinan.

Praktek Terus-Menerus

  • Semakin sering Anda berbicara di depan umum, semakin terbiasa Anda dengan situasi tersebut. Gunakan setiap kesempatan untuk praktek bicara, karena ini akan membantu membangun rasa percaya diri.

Ingatlah bahwa membangun self-esteem dan self-confidence adalah proses yang berkelanjutan. Tidak ada yang instan. Karena pencapaian-pencapaian kecil akan menambah level percaya diri. Jadilah sabar dengan diri sendiri dan teruslah berusaha!

Ini bukan hanya untuk menjadi penyiar, presenter atau pembawa acara saja. Tapi termasuk saat harus berbicara di depan orang banyak, dalam kelompok, terlibat di sebuah diskusi, mengajak orang lain melakukan sesuatu, presentasi menjual barang dan jasa, memberikan sambutan atau mengungkapkan perasaan di hati kepada orang lain atau pasangan. Apakah semua pasti berhasil?  Bagaimana orang lain menanggapi apa yang kita sampaikan? Bisa menolak atau menerima. Bisa mengabaikan atau mengikuti. Bisa mencemooh atau menghargai. Semua tergantung niat, tujuan dan yang terpenting adalah bagaimana cara Anda berbicara.

Be Present!

Sebelum kita bahas mengenai berbagai teknik public speaking, yang terpenting adalah kesadaran diri Anda ada sebuah situasi dan kondisi. Situasinya mungkin di sebuah pertemuan. Mungkin Anda ada di dalam satu acara. Atau mungkin ada di sebuah show dimana beberapa saat lagi Anda akan on air. Dalam hitungan detik, Anda harus bicara. Saya ingat selalu saat-saat seperti itu. Adrenalin terpacu dari ujung kaki ke ujung kepala, jantung berdebar., tangan berkeringat, mulut bergetar, atau tiba-tiba sakit perut. Kalau sudah seperti ini, rencana bisa berantakan, dan semua kata-kata yang sudah disiapkan tiba-tiba hilang.

Sadari situasi ini. Akui Anda sedang grogi, gugup, takut, tetapi jangan panik Karena semua pembicara public bahkan semua orang di dunia pernah mengalaminya. Tidak perlu buang waktu dan tenaga untuk menghilangkan rasa itu. Karena percuma. Semakin keras usaha untuk melenyapkan rasa itu, semakin terasa hal sebaliknya. Justru keringat dingin semakin mengucur di dahi Anda. Padahal saat kita merasa nyaman dengan situasi, maka orang yang kita hadapi juga akan nyaman dan siap mendengarkan yang kita sampaikan. Maka satu-satunya jurus melawan rasa itu bukan dengan hilangkan. Tapi kendalikan.

Baca Juga: Kunci untuk Tampil Percaya Diri Saat Presentasi 

Cara pertama: Mengambil nafas dengan sengaja. Istilah yang dikenal adalah dengan 7/11 (Seven Eleven). Tujuh detik ambil nafas lewat hidung. Tahan sebentar. Buang nafas lewat mulut selama 11 detik. Tujuannya adalah mengirim oksigen ke amygdala, saraf kecil di bagian otak besar yang salah satu fungsinya adalah mengendalikan kata dan bahasa tubuh kita. Sehingga kita benar-benar in control. Kita akan lebih rileks dan tenang. Dengan demikian kita bisa lepas dari trauma masa lalu dan bebas dari rasa khawatir sebelum waktunya.

Sering sekali kita menghadapi situasi ketakutan ini akibat stimulan eksternal. Misalnya kita khawatir salah bicara yang mengakibatkan orang lain kecewa. Ketakutan karena ada mantan pacar Anda yang pernah sakit hati, ada di deretan penonton. Khawatir setelah selesai bicara, hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Hal-hal yang ada di luar diri Anda sendiri, di luar kendali Anda, seharusnya tidak perlu hadir saat itu. Apapun posisi, jabatan atau hirarkinya, Anda akan bicara ke sesama manusia. Anda hanya perlu fokus dan konsentrasi dengan pesan yang akan keluar dari mulut, wajah dan tubuh Anda. Mulut akan mengeluarkan kata-kata. Wajah akan menunjukkan ekspresi. Tubuh akan menyampaikan bahasa non-verbal. Untuk itu, Anda perlu melakukan hal berikutnya.

Cara kedua: Berlatih menyampaikan apa yang akan Anda sampaikan. Kata demi kata. Bukan hanya membayangkan poin atau kerangka bicara. Tapi benar-benar latihan seolah Anda ada di situasi sebenarnya. Ingat dengan jelas tujuan Anda bicara. Bayangkan kesuksesan yang akan Anda raih sambil memahami mengapa Anda melakukannya. Apakah perlu melakukannya di depan cermin? Kalau saya boleh sarankan, tidak perlu! Karena bukan diri sendiri yang akan Anda lihat saat bicara. Tapi orang lain. Anda hanya perlu memusatkan perhatian pada pesan yang akan disampaikan menggunakan struktur yang tepat sesuai tujuan. Bicara dari hati. Bahasa tubuh dan ekspresi wajah akan mengikuti.

Saya ingat dalam sebuah kesempatan, bertemu dengan Presiden Indonesia ke-7, Bapak Joko Widodo. Di tahun 2018 waktu itu, kurang lebih 60 public figure dan influencer dikumpulkan di Istana Negara dengan tujuan untuk mengamplifikasi event Asian Games ke-18 Jakarta-Palembang kepada masyarakat luas melalui tiap platform yang dimiliki. Bapak Jokowi dengan jelas memberikan arahan untuk mengkampanyekan event olahraga terbesar se-Asia ini. Saat itu muncul rasa khawatir di masyarakat karena biasanya negara penyelenggara melakukan persiapan selama enam tahun, tapi kita hanya empat tahun. Belum lagi kondisi keuangan negara, lalu lintas, akomodasi yang disiapkan dalam waktu singkat. Maka keresahan itu harus dihadapi dengan penyebaran berbagai narasi positif. Disitulah peran kami diminta oleh Bapak Presiden. Sebagai salah satu penyiar radio yang memutarkan lagu-lagu 80-an waktu itu, saya ingin menggunakan kesempatan bertemu Pak Jokowi untuk merekam suara beliau seolah sedang request lagu di siaran saya. Karena saya tahu beliau menyukai lagu-lagu rock di jaman itu. Maka saat selesai acara dan semua antri bersalaman dan foto, saya memilih antri di paling akhir sambil mempersiapkan teks yang akan dibaca beliau, sambil saya berlatih menyampaikan maksud saya, ucapkan kata demi kata, menjulurkan tangan bersalaman untuk memperkenalkan diri lalu meminta Presiden Republik Indonesia saat itu, request lagu dan saya rekam suaranya. Saat itu rasa grogi memenuhi tiap sel tubuh saya. Saya berhasil! Saya rekam dan foto bersama. Saat itu, saya jadi salah satu penyiar kesayangan boss radio tempat saya bekerja karena berhasil mendapatkan rekaman suara dan memanfaat momen langka itu. Semua karena, persiapan dan latihan. Apakah Anda pernah dengan seorang presiden request lagu di radio? Kalau pernah dengar di MOST Radio tahun itu, begitulah cerita kejadiannya.

Cara ketigaStretching. Saat kita gugup, biasanya hamper seluruh tubuh kita menjadi tegang. Urat-urat di wajah dan kepala rasanya seperti ditarik. Tangan dan kaki bergerak di luar kendali. Mulut kita seolah terbata-bata dalam mengeluarkan suara. Bahkan tangan kita sampai basah karena berkeringat. Menghadapi situasi ini adalah dengan meregangkan semua otot kita. Baik itu otot di wajah, leher, bisep, trisep, hamstring, pergelangan tangan dan kaki serta punggung yang akan menopang badan kita untuk berdiri sempurna.

Sebelum saya naik ke atas panggung untuk menjadi MC atau pembawa acara, saya melakukan berbagai ritual di belakang panggung. Tapi pastinya bukan ritual klenik! Saya terbiasa dengan gladi resik mempersiapkan diri agar memahami waktu, alur acara dan posisi di atas panggung. Tentu ini sesuai dengan arahan klien dan event organizer atau stage management. Kemudian memberi tanda di cue card pada kalimat-kalimat yang harus diberikan penekanan atau diingat. Lalu berlatih baik sendiri maupun dengan partner MC untuk mendapatkan chemistry demi kelancaran acara dan berjalan menyenangkan sesuai rencana. Setelah itu yang tidak kalah penting adalah melemaskan berbagai otot agar lebih rileks. Pertama tentu melemaskan dengan Teknik lion face. Menarik otot wajah dengan mengerucutkan dan melebarkannya seperti telapak tangan yang dibuka selebar mungkin atau dikerucutkan sekecil mungkin. Kemudian melemaskan lidah dengan melipat ke atas dan kebawah agar artikulasi sempurna. Lalu otot leher dengan memiringkan dan memutar kepala ke kanan dan ke kiri. Bisep, trisep dan hamstring diberi kontraksi agar lebih santai. Memutar badan ke kanan dan ke kiri untuk meregangkan otot pinggang. Memutar pergelangan kaki dan tangan agar tidak cramp di atas panggung. Karena pernah terjadi dan itu tidak enak sama sekali. Harus bicara sambil menahan rasa otot kaki yang cramp. Saya tidak mau itu terjadi lagi. Setelah itu berlatih artikulasi dan intonasi agar pesan tersuarakan dengan sempurna. Terakhir dan yang pamungkas adalah, berdoa mohon ijin diberi kekuatan untuk menjalankan pekerjaan dengan lancar.

Penutupan

Persiapan tidak pernah mengkhianati hasil. Stres adalah bagian dari hidup, tetapi dapat dikelola dengan strategi di atas. Persiapan yang matang akan menghasilkan pekerjaan yang memuaskan. Klien senang. Transferan pun datang!

Share artikel ini

Alt

Bayu Oktara adalah seorang komunikator profesional, dosen, pelatih berbicara di depan umum, pembawa acara, dan wirausahawan dengan pengalaman lebih dari 25 tahun di bidang media, komunikasi strategis, dan hubungan masyarakat.

Alt

Mungkin Anda Juga Menyukai

Gambar Pekerja Pria dan Wanita Sedang Bertepuk Tangan

Seberapa Kuat Kepemimpinan Mendefinisikan Sikap Terhadap Risiko & Keselamatan?

Artikel ini Ditulis Oleh : Carla Jose. Seberapa Kuat Kepemimpinan Mendefinisikan Sikap Terhadap Risiko & Keselamatan?

Apr 10, 2023 3 Min Read

Wawancara Kepemimpinan: Kepemimpinan Yang Melayani

Kepemimpinan Yang Melayani

Theo Litaay, SH, LLM, Ph.D, membahas penerapan kepemimpinan yang melayani dalam organisasi untuk meningkatkan kinerja tim dan kesejahteraan.

Feb 19, 2025 56:41 Min Video

Jadi Seorang Pembaca Leader's Digest