Duduk Sepanjang Hari? Ini yang Terjadi pada Tubuh Anda

Di era modern, banyak pekerjaan yang dulunya membutuhkan tenaga manusia kini digantikan oleh mesin dan teknologi seperti AI. Perubahan ini membuat kita semakin sedikit bergerak dan lebih banyak duduk, terutama di kantor. Bagi yang bekerja dari rumah, situasinya tidak jauh berbeda karena tetap menghabiskan berjam-jam di depan layar.
Meskipun terlihat biasa, kebiasaan duduk terlalu lama dapat memicu berbagai masalah kesehatan. Dampaknya mencakup nyeri otot, gangguan pencernaan, risiko penyakit kronis, dan gangguan kesehatan mental.
Dampak Fisik dan Kesehatan Tubuh
Menurut portal kesehatan Hello Doktor, beberapa kesan duduk terlalu lama antara lain:
1. Mengganggu Postur Tubuh
Duduk terlalu lama cenderung membuat tubuh membungkuk dengan kepala condong ke depan. Posisi ini memberi tekanan pada otot leher dan tulang belakang. Akibatnya muncul rasa nyeri yang lama-kelamaan dapat mengganggu postur tubuh dan memengaruhi penampilan fisik.

2. Ketegangan Otot
Postur yang salah membuat otot leher, pinggul, dan bahu menjadi tegang. Jika berlangsung lama, kekuatan dan fungsi otot dapat menurun. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat menimbulkan masalah seperti nyeri punggung, slipped disc, atau rasa kesemutan pada tangan dan kaki akibat tekanan pada saraf.
Baca Juga: Bergerak untuk Bahagia: Manfaat Olahraga untuk Pikiran
3. Risiko Obesitas Meningkat
Gaya hidup pasif mengurangi pembakaran kalori. Penelitian dari Harvard menunjukkan bahwa berdiri dapat membakar 30 persen lebih banyak kalori dibanding duduk. Jika terlalu lama duduk, lemak dan gula lebih mudah menumpuk sehingga meningkatkan risiko obesitas, diabetes, dan penyakit jantung. Mengurangi waktu duduk membantu menjaga berat badan tetap stabil.
4. Gangguan Pencernaan
Duduk setelah makan memberi tekanan pada area perut. Proses pencernaan menjadi lebih lambat dan dapat menimbulkan heartburn atau sembelit. Jika terjadi terus menerus, penyerapan nutrisi dapat terganggu dan berdampak pada kesehatan usus.
Dampak pada Kesehatan Mental
Selain memengaruhi fisik, gaya hidup sedentari juga berdampak pada kesehatan mental. Beberapa studi menemukan bahwa kebiasaan duduk terlalu lama berkaitan dengan peningkatan risiko depresi, kecemasan, stres, dan gangguan tidur. Semakin lama Anda duduk tanpa bergerak, semakin tinggi risiko mengalami gangguan mental, bahkan jika Anda tetap berolahraga di luar jam kerja.
Risiko Kematian Dini
Sebuah studi besar dari American Cancer Society yang melibatkan lebih dari 120.000 orang menemukan bahwa duduk lebih dari enam jam per hari dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian sebesar 19 persen dari berbagai penyebab. Angkanya mencakup penyakit jantung, kanker, stroke, dan diabetes. Menariknya, risiko ini tetap muncul meskipun seseorang aktif berolahraga setelah bekerja.

Tips agar Lebih Banyak Bergerak
Menurut Patel, salah satu peneliti utama, bukti semakin jelas bahwa mengurangi waktu duduk sangat penting untuk hidup yang lebih sehat. Kemajuan teknologi membuat kita semakin pasif. Karena itu kita perlu lebih sadar untuk mencari cara bergerak.
Di tempat kerja:
- Duduk dengan sudut sekitar 135 derajat untuk mengurangi tekanan pada punggung.
- Ambil jeda singkat untuk berjalan di sekitar kantor.
- Pilih tangga atau berjalan di eskalator dibanding naik lift.
- Gunakan toilet yang paling jauh dari meja kerja.
Di rumah:
- Berdiri sambil melipat pakaian ketika menonton TV.
- Lakukan peregangan ringan saat menonton acara favorit.
- Kurangi waktu menatap ponsel ketika duduk.
- Bangun dan bergerak saat iklan muncul.
- Berjalan ke dapur atau keliling rumah saat istirahat.
- Catat aktivitas harian dan coba kurangi waktu duduk.
Baca Juga: Kekal Sehat Walaupun Bekerja dari Rumah
Duduk terlalu lama dapat memberi dampak buruk bagi kesehatan fisik dan mental. Batasi waktu duduk antara satu hingga dua jam dan lakukan sedikit gerakan sebelum kembali duduk. Perubahan kecil yang dilakukan secara konsisten dapat memberi manfaat besar bagi kesehatan jangka panjang.
Kepribadian
Berlatarkan pendidikan di bidang Bahasa dan Linguistik Melayu, Amirah Nadiah gemar membaca dan mengikuti perkembangan terkini, sehingga membuatnya tetap peka terhadap berbagai isu. Sebagai Content Editor, ia aktif dalam pekerjaan terjemahan serta pembuatan konten yang menarik dan meyakinkan.





