Antara Identik dan Otentik

Aug 14, 2025 3 Min Read
Berdiskusi
Sumber:

Cottonbro Studio. Pexels

Setiap orang memiliki peran unik yang berbeda-beda, mulai dari anggota keluarga, profesional, hingga warga masyarakat. Saat kita memilih menjadi identik (mengikuti arus demi rasa aman) sering kali makna dan kontribusi kita menjadi kabur. Sebaliknya, otentik berarti bertindak sesuai jati diri dan nilai-nilai pribadi, sehingga kita tidak hanya aman secara fisik, tetapi juga “selamat” secara psikologis dan spiritual.

Di era modern, ketika tekanan sosial dan ekspektasi orang lain semakin kuat, kemampuan untuk menjadi autentik adalah kunci kebahagiaan dan kesejahteraan batin. Menurut jurnal Clarifications about Lonergan’s “authenticity” for application in psychology dalam New Ideas in Psychology, keotentikan mencakup empat komponen:

  1. Experience (Mengalami): hadir penuh dalam situasi dan menyadari kondisi internal saat ini.
  2. Understanding (Memahami): merenungkan hubungan antara pikiran, perasaan, dan tindakan.
  3. Judgment (Menilai): menilai apakah pengalaman tersebut sesuai dengan nilai dan kebutuhan psikologis kita.
  4. Decision (Memutuskan): memilih respons yang sejalan dengan nilai dan kebutuhan tersebut.

Keotentikan bukan sekadar “menjadi diri sendiri” secara pasif, tetapi sebuah proses aktif yang membutuhkan kesadaran dan niat.

Contoh Keotentikan

Kasus Ayah dan Pekerjaan: Seorang ayah yang juga seorang manajer mendapat undangan hadir di acara olahraga anaknya, yang sangat penting dan membanggakan. Namun, di hari yang sama ia memiliki jadwal rapat penting untuk perkembangan perusahaan. Alih-alih mengorbankan salah satu peran, orang yang autentik akan melakukan refleksi untuk mencari solusi, misalnya menukar jadwal atau mengatur waktu khusus, sehingga kedua peran tetap dijalankan sesuai nilai yang diyakini.

Kasus Kesehatan Mental: Banyak orang dengan gangguan mental memilih menyembunyikan kondisinya karena takut diskriminasi. Menurut Dr. Sam Zand, keotentikan membutuhkan keberanian untuk mengungkapkan kebutuhan dan perasaan, meskipun lingkungan sosial belum sepenuhnya mendukung. Contoh autentik: berbicara terbuka mengenai ADHD atau depresi untuk mendapatkan dukungan nyata.

Tantangan Menjadi Autentik

Menjadi autentik tidak selalu mudah. Stigma terhadap kesehatan mental dapat menurunkan kepercayaan diri untuk jujur pada diri sendiri. Tekanan norma sosial, seperti tuntutan produktivitas atau citra di media sosial, sering membuat orang menyesuaikan diri demi diterima. Dalam budaya Indonesia, konsep “duduk sama rendah, berdiri sama tinggi” kadang membuat kita enggan menunjukkan perbedaan yang sebenarnya adalah bagian dari keunikan kita.

Menjadi otentik bukan berarti menutup telinga dari pendapat orang lain. Menurut Guignon, tujuan tertinggi kehidupan adalah peka terhadap panggilan dari sesuatu yang lebih besar daripada diri manusia itu sendiri. Hidup hanya demi “jadi diri sendiri” tanpa tujuan justru bisa melahirkan sifat individualistik, karena yang dikejar adalah ego, bukan tujuan di balik keotentikan.

Baca Juga: Tantangan Bekerja dalam Tim

5 Strategi Mengembangkan Keotentikan (Verywell Mind)

  1. Praktik Mindfulness. Luangkan 5 menit setiap hari untuk duduk tenang, matikan ponsel, dan rasakan sensasi fisik serta emosi tanpa menilai. Ini membantu meningkatkan kesadaran diri sehingga lebih cepat menyadari ketidaksesuaian antara tindakan dan nilai.
  2. Definisikan Tindakan Autentik. Ingat situasi ketika Anda merasa tidak otentik, misalnya menunda konfrontasi atau menyembunyikan perasaan. Lalu tentukan langkah kecil, seperti mengakui perasaan kepada teman, untuk mulai melatih otentisitas.
  3. Jalankan Nilai dan Keyakinan Inti. Setelah mengenali nilai Anda, misalnya empati atau kemandirian, temukan cara konkret untuk menerapkannya, seperti menjadi relawan atau belajar keterampilan baru.
  4. Refleksi Sebelum Mengambil Keputusan. Gunakan empat komponen keotentikan sebelum mengambil keputusan besar: alami situasi, pahami pikiran dan perasaan, nilai kesesuaian dengan nilai, lalu putuskan.
  5. Jangan Malu Dalam Bertahan Hidup. Jika berada di lingkungan yang tidak mendukung, lakukan apa yang perlu untuk bertahan (misalnya code-switch) sambil merencanakan pindah ke lingkungan yang lebih inklusif.

Penutup

Menjadi otentik tidak hanya membuat kita “selamat” secara batin, tapi juga memperkaya peran unik kita dalam hidup. Daripada menjadi identik demi aman, keotentikan mengajak kita menjalani hidup dengan kesadaran, tanggung jawab, dan keberanian memegang nilai pribadi.

Dengan mindfulness, refleksi, dan tindakan nyata sesuai nilai inti, kita tidak hanya bertahan tetapi juga berkembang menjadi versi terbaik dari diri sendiri.

Share artikel ini

Kepribadian

Tags: Sifat Positif

Alt

Mungkin Anda Juga Menyukai

kebiasaan menunda-nunda

Tips Mengatasi Penundaan (Procrastination) Sesuai Penyebabnya

Oleh Marulam Sitohang. Semakin Anda tahu mengapa Anda menunda-nunda, semakin siap Anda untuk mengubah cara berpikir seputar perilaku tersebut.

Dec 04, 2023 3 Min Read

Wawancara Kepemimpinan: Kepemimpinan Yang Melayani

Kepemimpinan Yang Melayani

Theo Litaay, SH, LLM, Ph.D, membahas penerapan kepemimpinan yang melayani dalam organisasi untuk meningkatkan kinerja tim dan kesejahteraan.

Feb 19, 2025 56:41 Min Video

Jadi Seorang Pembaca Leader's Digest