Mengapa Kegagalan Bisa Membuat Anda Lebih Sukses?

Oct 25, 2021 2 Min Read
kegagalan
Sumber:Bich Tran dari pexels.com
Semua menjadi keputusan kita untuk berlarut dalam kesedihan atau termotivasi dari kegagalan.

Saya benar-benar salah perhitungan.

Bel sekolah berbunyi. Kami menunggu Bu Jacob untuk pelajaran berikutnya. Beliau memasuki kelas. Kami bangkit dan menyapanya serempak, “Selamat pagi Bu Jacob”. Beliau mempersilakan kami untuk duduk kembali. Dengan nada tenang, Bu Jacob berkata, “Ini adalah hasil ujian Matematika kalian. Jangan khawatir, kalian dapat berusaha lebih baik lagi”.

Di kelas kami yang berjumlah 28 orang, hanya 5 orang yang lulus ujian. Saya bukan salah satu dari mereka. Saya merasa tidak puas dengan hasil tersebut. Dalam hati, saya merasa kecewa dan mencoba mencari akal untuk menjelaskan hasil ujian ini kepada orangtua saya ketika sudah di rumah.

Perasaan gagal. Kita semua tentu pernah mengalaminya.

Kegagalan. Saya tidak menyukainya, tapi juga tidak bisa hidup tanpanya. Benar-benar sebuah paradoks.

Saya telah sering melalui kegagalan. Setidaknya ada beberapa hal yang saya pelajari dari kegagalan yang saya alami di kelas Bu Jacob, yakni:

Baca juga: 5 Bahaya Penundaan dan Bagaimana Anda Dapat Mengalahkannya


Kegagalan dapat menghancurkan Anda tetapi juga dapat membangun Anda. (Bagaimana Anda merespon kegagalan adalah hal yang penting)

Alt

Sumber: Prateek Khayal dari pexels.com

Banyak dari benda yang kita gunakan setiap hari dibuat secara tidak sengaja karena kegagalan. Seseorang menemukan sesuatu yang tidak berhasil, lalu mencoba sesuatu yang lain sehingga menghasilkan penemuan baru. Dari obat-obatan hingga peralatan penerbangan, banyak sekali benda yang merupakan produk dari proses kegagalan. Lalu, apa yang membedakan hal tersebut dengan kegagalan yang kita hadapi? 

Tentunya bagaimana sikap kita dalam merespon kegagalan.

Tidak jika, tetapi ketika Anda gagal, apa yang akan Anda lakukan? Akankah Anda berlarut membenamkan diri dalam kekecewaan atau akankah Anda bangkit dan mencoba lagi? Orang optimis akan mengatakan bahwa mereka menemukan sesuatu yang baru. Mari kita coba lagi. Si pesimis akan berkata, “Apa gunanya mencoba lagi?”. 

Anda mungkin berkata, saya hampir saja berhasil atau tidak ada harapan lagi untuk hal ini. Tentunya sikap Anda memainkan peranan penting.
Jangan biarkan kegagalan menguasai Anda.

Di awal karir saya, saya diminta untuk keluar dari tim karena berbeda pendapat dengan manajer proyek. Saya tidak setuju dengan cara kerjanya, dan saya memilih untuk keluar. Akibatnya, saya kemudian mencari proyek sendiri untuk menambah jam terbang saya sebagai seorang konsultan. Hal tersebut membuat saya berhasil menemukan klien pertama saya dengan sebuah Government Linked Company (GLC) terkemuka yang juga merupakan proyek pertama di mana saya mengeksekusikannya seorang diri. 

Hal yang menjadi kebanggaan saya adalah ketika beberapa bulan kemudian Direktur perusahaan klien saya mengundang saya ke kantornya untuk menunjukkan penghargaan Malcolm-Baldrige yang mereka terima dari proyek tersebut. Itu merupakan salah satu momen yang paling saya banggakan selama menjadi konsultan.

Anda dapat memilih untuk berlarut dalam kesedihan atau bangkit dan berkomitmen untuk mencoba lagi. Karena pada dasarnya, Anda dapat menjadi sukses karena sikap Anda sendiri (Maxwell).

Baca juga: 10 Strategi Terbaik Bagaimana Orang Sukses Tetap Tenang


Kegagalan dapat mengecewakan atau memuaskan Anda. (Perspektif Anda penting)

Alt

Sumber: Karolina Grabowska dari pexels.com

Kita semua pernah mengalami rasa sakit yang dibawa oleh kegagalan. Baik itu urusan kerja atau organisasi, parenting atau turnamen olahraga, kegagalan menghadirkan rasa kehilangan yang menusuk jauh ke dalam hati kita. 

Namun, kegagalan juga bisa memberi kita rasa puas. Puas mengetahui bahwa kita telah melakukan yang terbaik dan memberikan segalanya. Kepuasan bahwa kita lebih dekat dengan hasil yang diinginkan. Selangkah lebih dekat ke tujuan. Hal ini menjadi evaluasi bahwa kita telah berusaha dan mengupayakan progres.

Anda dapat memilih untuk berlarut dalam kesedihan atau memilih untuk mengapresiasi upaya yang telah Anda lakukan. Semua tergantung pada perspektif Anda.

Ketika saya menjadi bagian dari suatu organisasi nonprofit, kami mengeksplorasi ide yang tidak konvensional berupa memungkinkan pengguna untuk mengakses layanan kami dari manapun tanpa perlu repot datang ke lokasi kami. Saya tahu itu tidak terdengar aneh di masa sekarang, tetapi ketika kami pertama kali memperkenalkan gagasan itu sekitar 8 tahun yang lalu, itu merupakan hal yang tidak biasa. Kami mengalami suka duka dari persiapan fisik dan infrastruktur, hingga perubahan budaya dan pola pikir.

Memiliki peralatan yang diperlukan hanyalah langkah pertama; meyakinkan orang untuk melakukan perubahan adalah tugas besar bagi tim kami. Perlahan tapi pasti, melalui masukan dan penyesuaian yang konsisten, setiap perlawanan adalah kesempatan bagi kami untuk meyakinkan orang lain. Digitalisasi kemudian menjadi hal yang sangat biasa sekarang ini. Jika kita tidak melakukan transisi saat itu, organisasi kami mungkin tengah berada dalam situasi rumit terlebih di tengah kondisi pandemi.

Mengapresiasi momen kegagalan adalah tentang memiliki perspektif yang benar. Bagaimana Anda melihat sesuatu akan menentukan bagaimana Anda menangani sesuatu.

Baca juga: Bijak Mengambil Keputusan Seperti Simon Sinek


Kegagalan dapat menghentikan Anda dan juga dapat memulai kemajuan Anda. (Tujuan Anda penting)


Alt

Sumber: skitterphoto dari pexels.com

Kegagalan dapat menghentikan dan menghalangi seseorang untuk mencapai apa yang telah ia rencanakan. Entah itu target mengurangi berat badan atau hanya membaca buku, ketidakmampuan untuk menyelesaikan suatu tujuan menciptakan rasa ketidakpastian dan persepsi bawa kita telah gagal. 

Di sisi lain, kegagalan juga bisa menjadi titik di mana Anda melakukan perubahan. Tujuan yang jelas dapat membantu Anda untuk fokus dalam mengatasi kegagalan Anda. Jika Anda berkomitmen untuk meraih tujuan tersebut, maka Anda tetap akan termotivasi untuk 'berusaha lagi'. Lihatlah atlet dan tekad mereka untuk bersaing dan memenangkan setiap turnamen. Mereka secara disiplin berlatih tiap hari karena memiliki tujuan untuk menang.

Kegagalan mengingatkan kita bahwa kita ternyata tidak maha kuasa.

Sekitar 2 tahun yang lalu, saya membangun Invigorate Consulting pada saat yang sangat sulit bagi saya. Kalau dipikir-pikir, pengalaman saya bagaikan berkendara lalu melalui polisi tidur. Memang saya dimaksudkan untuk memperlambat laju terlebih dahulu. Seperti kegagalan yang memungkinkan saya untuk meninjau dan mengevaluasi hidup saya sebelum memulai lagi. Momen gagal memberikan saya tekad yang lebih besar untuk mempertajam tujuan dan mendorong keinginan untuk mewujudkan tujuan saya.

Anda tentu memerlukan tujuan dan keyakinan yang jelas dalam menjalani hidup. Hal ini dapat memulai dan mengarahkan Anda pada jalur untuk mencapai kesuksesan dan signifikansi yang lebih besar.

Kegagalan adalah pengalaman yang penuh dengan hikmah. Rasa kekalahan mengingatkan kita bahwa kita ternyata tidak maha kuasa. Ketika kita gagal, kita harus memiliki sikap, perspektif, dan tujuan yang benar untuk mendorong kita dapat bangkit kembali


Baca juga: Mengapa Nilai Memainkan Peran Penting dalam Kepemimpinan


Tonton juga 'Tips Menemukan dan Menjalankan Tujuan Hidup Kamu!'

Share artikel ini

Kepemimpinan

Tags: Jadilah Seorang Pemimpin

Alt
Bernard is the Founder of Invigorate Consulting, a firm seeking to connect people and organisations to their purpose. He has over 20 years of management consulting and corporate experience with global organisations. He is also a seasoned facilitator. He enjoys travelling and is excited about the second half of life.
Alt

Mungkin Anda Juga Menyukai

kecerdasan emosional EQ

12 Cara Melatih Kecerdasan Emosional Seorang Pemimpin

Oleh Dr. Anthony Dio Martin. Pemimpin yang kompeten adalah seseorang yang mampu mengelola emosi diri dan para anggota tim. Sudahkah Anda menguasai 12 hal berikut?

Apr 17, 2024 3 Min Read

Leadernomics Indonesia

Kepemimpinan Yang Seimbang

May 22, 2023 25 Min Video

Jadi Seorang Pembaca Leader's Digest