Panduan Gen Z untuk Memasuki Peran Kepemimpinan Pertama

Moose Photos, Pexels
Saat kita memasuki tahun 2025, Gen Z tidak lagi sekadar menjadi pendatang baru di dunia kerja. Mereka kini mulai melangkah sebagai pemimpin. Berdasarkan laporan terbaru dari Glassdoor, Gen Z akan mencakup satu dari sepuluh manajer pada tahun 2025. Kini semakin umum melihat mereka menempati posisi seperti Person In Charge (PIC), asisten manajer, bahkan kepala divisi bagi mereka yang mampu menunjukkan kapasitas kepemimpinan sejak dini.
Perubahan ini bukan hanya soal waktu generasi, tetapi juga mencerminkan pendekatan baru terhadap kepemimpinan. Tumbuh di era yang dibentuk oleh perkembangan teknologi dan tren multimedia yang pesat, Gen Z membawa kelincahan, cara berpikir kreatif, serta sudut pandang segar dalam memecahkan masalah. Mereka memiliki karakter yang menantang status quo di masa ketika berbagai industri tengah didefinisikan ulang secara real time.
Jadi, apa yang bisa kita pelajari dari mereka? Baik kamu seorang Gen Z sendiri maupun dari generasi lain yang sedang bersiap untuk peran kepemimpinan pertamamu, ada banyak pelajaran yang bisa diambil dari gelombang pemimpin baru ini. Berikut beberapa langkah praktis yang dapat membantumu melangkah dengan percaya diri dalam perjalanan kepemimpinanmu.
Baca Juga: Pemimpin Seperti Apa yang Mendapatkan Kepercayaan Gen Z?
1. Terimalah Proses Belajar
Gen Z tidak takut mengakui bahwa mereka belum tahu segalanya, dan itu justru menjadi kekuatan mereka. Mereka gemar bertanya, aktif mendengarkan, dan mencari mentor sejak awal perjalanan karier. Bagi mereka, kepemimpinan bukan tentang menjadi orang paling pintar di ruangan, tetapi tentang memiliki rasa ingin tahu untuk belajar dan kerendahan hati untuk terus berkembang. Mereka memahami bahwa sudut pandang yang beragam sering kali melahirkan ide-ide terbaik.
Tumbuh di dunia digital membuat Gen Z menghargai kemandirian dalam proses belajar. Mereka tangkas, cepat bereksplorasi dengan berbagai tools baru, dan proaktif mengembangkan diri baik melalui kursus daring, media sosial, maupun komunitas profesional. Pendekatan belajar mandiri ini membantu mereka beradaptasi dengan cepat dan tetap unggul di lingkungan yang terus berubah.
2. Bangun Rasa Hormat Tanpa Harus Memaksanya
Kredibilitas tidak selalu datang dari jabatan. Salah satu hal yang bisa kita pelajari dari Gen Z adalah cara mereka memimpin lewat keteladanan. Banyak dari mereka memulainya dengan kepemimpinan diri, yaitu dengan hadir dengan persiapan matang, menepati tanggung jawab, dan menghargai kontribusi orang lain.
Alih-alih berusaha mengendalikan, Gen Z memilih untuk menjadi pemimpin yang terbuka dan kolaboratif. Mereka memahami bahwa rasa hormat dibangun melalui tindakan konsisten sehari-hari. Seiring waktu, kebiasaan inilah yang menumbuhkan kepercayaan dan pengaruh secara alami.
3. Bangun Budaya Kerja Sejak Awal
Dalam tim lintas generasi, Gen Z sering menjadi pihak yang berani bersuara ketika sesuatu tidak berjalan dengan baik. Namun, mereka tidak mencari kambing hitam. Mereka lebih cenderung menyoroti akar permasalahan dalam sistem atau alur kerja yang menyebabkan isu tersebut muncul.
Mereka menghargai psychological safety dan memahami pentingnya membuat setiap orang merasa didengar. Pola pikir ini membuka ruang bagi percakapan yang jujur, di mana umpan balik bukan hanya diterima, tetapi dianggap penting untuk pertumbuhan. Baik saat memberi maupun menerima masukan, empati menjadi kunci utama. Mereka memperhatikan nada, waktu, dan konteks, karena tahu bahwa umpan balik yang jujur akan diterima lebih baik jika disampaikan dengan kepedulian dan rasa hormat.
Dengan mendorong dialog terbuka dan memberi ruang bagi orang lain untuk menyampaikan ide atau kekhawatiran, Gen Z berperan dalam membangun budaya tim yang lebih sehat dan saling mendukung.
4. Kelola Atasan, Bukan Hanya Bawahan
Sering kali kita menghadapi tantangan bekerja dengan manajer yang sibuk. Tidak semua masalah bisa diselesaikan di tingkat tim, dan mendapatkan dukungan dari pimpinan juga tidak selalu mudah. Gen Z memahami bahwa pemimpin mereka tidak memiliki waktu untuk memantau setiap detail, sehingga mereka menjadikan pemahaman terhadap prioritas dan gaya komunikasi atasan sebagai hal penting.
Alih-alih menunggu instruksi, Gen Z memilih untuk tetap memberi informasi kepada pimpinan, menyampaikan kebutuhan dengan jelas, dan membawa solusi potensial. Pendekatan yang proaktif ini membangun kepercayaan serta membantu proses berjalan lebih lancar tanpa menambah beban komunikasi yang tidak perlu.
5. Tetap Berpijak pada Tujuan
Hal yang menyatukan seluruh pendekatan Gen Z terhadap pekerjaan adalah rasa tujuan yang kuat. Bagi mereka, pekerjaan bukan sekadar menyelesaikan tugas. Mereka cenderung kehilangan keterlibatan jika merasa pekerjaannya tidak bermakna. Bagi Gen Z, penting untuk menyelaraskan usaha dengan sesuatu yang memiliki nilai, baik itu dampak sosial, inovasi, maupun pengembangan manusia.
Mengetahui alasan di balik pekerjaan mereka membantu Gen Z tetap fokus saat menghadapi tantangan. Rasa tujuan ini tidak hanya menumbuhkan pertumbuhan pribadi, tetapi juga mengangkat semangat tim yang mereka pimpin. Ketika tujuan menjadi jelas, kinerja menjadi hasil bersama.
Baca Juga: Menutup Kesenjangan: Cara Sebenarnya Memprioritaskan Karyawan
Penutup
Saat Gen Z melangkah ke lebih banyak posisi kepemimpinan, pendekatan mereka mencerminkan perubahan besar dalam cara kita memaknai kepemimpinan masa kini. Fokus mereka pada pembelajaran berkelanjutan, psychological safety, dan pekerjaan yang berlandaskan tujuan menandai pergeseran dari model tradisional yang hierarkis menuju gaya kepemimpinan yang lebih adaptif dan inklusif.
Tidak ada satu generasi pun yang memiliki semua jawaban, tetapi dengan mengenali pola ini, setiap individu memiliki kesempatan untuk mendefinisikan ulang makna kepemimpinan dan menerapkannya dalam pekerjaan sehari-hari.
Kepemimpinan
Tags: Jadilah Seorang Pemimpin, Kepemimpinan Tanpa Batas, Pertumbuhan
Anggie adalah editor bahasa Inggris di Leaderonomics. Sehari-harinya ia banyak berkutat dengan pembuatan konten, ditemani setia oleh secangkir teh hijau hangat atau iced latte.





