Kepemimpinan Etis: Apa Maksudnya dan Kenapa itu Penting

Jul 30, 2021 4 Min Read
patung
Sumber:Keegan Everitt dari Pexels

Lukisan Dorian Gray karya Oscar Wilde menceritakan sebuah cerita tentang seorang pria yang mementingkan keindahan diatas segalanya, sedemikian rupa sampai dia menjual jiwanya untuk tetap indah sampai selamanya.

Seniman yang melukis lukisan Gray bernama Basil Hallward terobsesi dengan penampilan subjeknya dan ketika lelaki muda itu bertemu dengan Raja Henry Wotton, penatua itu bersikeras bahwa tidak ada yang lebih penting dalam kehidupan daripada keindahan.

Menyadari bahwa dia akan tumbuh tua dan kehilangan kecantikannya, Dorian Gray menginginkan agar lukisan dirinya yang dapat tumbuh tua sementara dia sendiri dapat mempertahankan masa mudanya. Lalu dia mendapatkan keinginannya. Tetapi, setiap kali Gray melakukan tindakan asusila atau tindakan jahat, lukisannya akan semakin tua dan mulai terlihat menjijikkan dan Gray akan tumbuh menjadi lebih berani oleh keindahannya dan dibutakan oleh jiwanya yang rusak.

Alt

Lukisan Dorian Gray. Sumber Lukisan: lucidbee4.com

Saat lukisan itu semakin buruk, Gray percaya bahwa dengan berhenti melakukan kebiasaan buruknya maka dia dapat membuat lukisannya indah kembali, tetapi itu tidak berhasil, karena dia tidak merasa bersalah. Pada akhirnya, dia merusak lukisannya dan ketika pembantunya memanggil polisi setelah mendengar sebuah teriakan, mereka menemukan Gray di lantai dengan sebuah tusukan di dadanya. Tubuhnya sekarang sudah tua, sementara lukisannya sudah kembali kepada keadaan semula seperti lukisan pertama yang baru dibuat.
Novel terkenal Wilde diterbitkan pertama kali tahun 1890. Pesan yang mendukung drama yang hidup dan brutal dari poin cerita kepada bahaya untuk menempatkan kepentingan diri sendiri dan kepuasan di atas segalanya, dan bagaimana keegoisan yang tidak terkendali dapat merusak dengan cara yang tidak pernah kita bayangkan.

Kamu akan selalu menyukaiku. Aku mewakili kamu semua dosa yang tidak pernah berani kamu lakukan.


Lukisan Dorian Gray

Dorian Gray adalah seorang pria yang percaya bahwa citranya sendiri tidak akan melakukan kesalahan, tetapi pada akhirnya - sebagai seorang pemimpin dalam sejarah yang ditemukan - tindakannya akhirnya kembali kepadanya dan ada harga yang harus dibayar mahal. 
Sang tokoh utama sudah kehilangan rasa kemanusiaan, kebaikan dan kehormatan untuk orang lain. Melalui kekuasaan dari lukisannya, Gray juga merasa: semakin dia bisa lepas dari suatu hal, maka dia semakin berani melakukannya, sampai suatu saat dia keberuntungannya habis dan pada akhirnya dia kehilangan segalanya.

Dari perspektif seorang pemimpin, ada kesetaraan yang kuat pada kisah Dorian Gray. Pemimpin dapat menikmati posisi kekuasaan yang besar: orang-orang berhenti untuk mendengar mereka berbicara. Kebanyakan mereka mempunyai suara akhir untuk menentukan keputusan dan mereka juga mempunyai pengaruh yang besar dari pengikut mereka. Tetapi perangkap dari memiliki terlalu banyak kepercayaan diri dan menyalahgunakan kekuasaan dapat menjadi bencana, inilah kenapa etika kepemimpinan ini penting bagi organisasi atau bagi para pemimpin itu sendiri.

Pikiran yang baik dan hati yang baik akan selalu menjadi kombinasi yang kuat.


Nelson Mandela

Apa yang dimaksud dengan menjadi seorang pemimpin yang beretika? Sebagai dasar, etika kepemimpinan didorong oleh penghormatan terhadap martabat dan hak orang lain. Mendukung nilai dari keterbukaan, kejujuran, keadilan, kebenaran dan kerendahan hati, seorang pemimpin yang beretika menjadi sebuah contoh yang baik dan berlaku untuk semua orang - dan untuk mereka sendiri - sebuah standar yang tinggi untuk kepentingan orang-orang yang mereka layani.

Kepentingan utama dari etika kepemimpinan adalah jika semua orang mengikuti contoh dari seorang pemimpin, maka itu akan memimpin organisasi itu untuk tumbuh, berkembang dan maju dengan cara yang dapat dipertahankan kedepannya. Pemimpin yang beretika membangun kepercayaan, kredibilitas dan kehormatan dimana mendorong adanya kepercayaan, loyalitas dan investasi dari konsumen, klien dan hubungan kemitraan.

Di sisi lain, kepemimpinan yang tidak etis dapat menyebabkan kerusakan yang biasanya tidak dapat diperbaiki dan kerusakan secara sistemik. Seorang pemimpin yang didorong dengan citra, kekuasan dan keuntungan mereka mungkin akan memegang keuntungan yang berlangsung lebih lama dari yang terllihat adil - tetapi momentum itu tidak bertahan selamanya karena orang-orang menjadi lebih terlepas, penurunan moral, dan pada akhirnya kehilangan rasa hormat kepada individu yang sebelumnya mereka kagumi.

Keegoisan adalah dasar untuk segala perilaku tidak bermoral serta segala kesedihan bagi umat manusia.


Abhijit Naskar

Ada beberapa contoh kepemimpinan tidak etis yang menunjukkan kejatuhan yang tidak dapat dihindari yang datang dari keegoisan, perilaku tidak bermoral. Martin Shkreli - mantan CEO dari Turing Pharmaceuticals - menaikkan harga untuk obat yang dapat menyelamatkan nyawa  dalam semalam yang sebelumnya berharga kurang dari $USD 20 selama lebih dari 6 dekade.

Ketika Shkreli memperoleh dan meningkatkan harga dari Daraprim menjadi $USD 750, terjadi reaksi secara langsung saat dia berjuang untuk mempertahankan posisinya yang menghabiskan jutaan dollar untuk pengobatan vital yang mereka butuhkan.

Investigasi untuk bisnis Shkreli menunjukkan bahwa satu-satunya perhatian dari dia adalah membuat sebanyak mungkin uang untuk dirinya sendiri, menurut laporan untuk membayar investor yang diduga telah ditipu olehnya, pada Desember 2015, Shkreli ditangkap oleh Biro Penyelidikan Federal (FBI) terkait penipuan sekuritas, dan selanjutnya turun dari jabatannya sebagai CEO dari Turing Pharmaceuticals.

Anda mungkin tertarik kepada: Kepemimpinan itu Sesuatu Yang Ekstrim!

Contoh lainnya adalah Elizabeth Holmes, pendiri Theranos; Dan Price; salah satu pendiri Gravity Payments; dan Travis Kalanick, salah satu pendiri Uber - semua telah diinvestigasi atas tuduhan kepemimpinan yang tidak etis.

Di dalam bukunya, ‘Rights of Man’, penulis Inggris Amerika dan aktivis Thomas Paine menulis, “Apapun hak saya sebagai seorang pira adalah hak orang lain juga; dan sudah menjadi kewajiban saya untuk menjamin serta memilikinya.”

Jika etika kepemimpinan adalah segalanya, keinginan dan kemauan untuk bertindak dengan cara yang menghindari keuntungan diri sendiri dengan mengorbankan kesejahteraan orang lain. Terutama kepemimpinan nasional, jutaan orang akan melihat kepada satu orang pemimpin sebagai petunjuk untuk bagaimana bertindak dan berperilaku, dan apa yang dimaksud dengan menjadi warga negara yang baik yang berkontribusi secara positif kepada sekitarnya.

Negara apapun yang dipimpin oleh pemimpin yang tidak etis pasti akan menanggung akibatnya. Apakah itu tertahan secara sosial, ekonomi, budaya atau segala cara ini, keuntungan bagi beberapa orang dengan mengorbankan banyak orang akan memastikan bahwa peningkatan apapun yang negara itu capai akan didorong kembali dengan cara yang sama dengan yang membuat semua orang menderita.

Baca juga Artikel ini dalam Bahasa Inggris!


Di rumah dan di komunitas kita, organisasi dan negara itu sendiri, kita perlu pemimpin yang etis jika ingin untuk berkembang, memimpin kehidupan yang lebih baik dan menyadari seluruh kemampuan yang kita miliki. Tidak ada seorang pun yang berhak untuk mengambil apapun yang sebenarnya dimaksud untuk kemakmuran semua orang dan digunakan untuk diri mereka sendiri.

Pemimpin yang etis adalah seseorang yang menyadari bahwa mereka berada disana untuk melayani dan memperbaiki kehidupan orang lain menjadi lebih baik serta melakukan tindakan berdasarkan nilai itu. Demi masa depan kita semua, kita memerlukan lebih banyak pemimpin yang beretika, dan untuk mendapatkannya, kita semua perlu untuk memintanya dengan menggunakan suara kita semua.

Share artikel ini

Kepemimpinan

Tags: Jadilah Seorang Pemimpin

References:


Alt
Roshan adalah pendiri dan CEO dari Leaderonomics Group, kepala redaksi untuk Leaderonomics.com dan seorang yang menamakan dirinya sendiri dengan sebutan 'kuli'. Ia percaya bahwa semua orang bisa menjadi pemimpin dan dapat membuat lekukan di alam semesta dengan cara mereka masing-masing.

Mungkin Anda Juga Menyukai

Karyawan sebuah perusahaan yang sedang rapat

Haruskah Karyawan Memilih Apa yang Ingin Mereka Kerjakan?

OLEH Phanish Puranam & Marlo Raveendran. Terdapat aspek penting lain dari dunia kerja yang semakin sering diterapkan, yaitu seleksi tugas secara mandiri oleh masing-masing karyawan. Hal tersebut merupakan upaya untuk memberdayakan otonomi setiap individu di tempat kerja.

Mar 04, 2022 6 Min Read

Leadernomics Indonesia

Kepemimpinan Yang Seimbang

May 22, 2023 25 Min Video

Jadi Seorang Pembaca Leader's Digest