AI Bisa Membantu, Tapi Hanya Manusia yang Bisa Mengubah

Jun 12, 2025 4 Min Read
A Bearded Man Playing Chess

AI Bisa Memberikan Informasi — Tapi Hanya Manusia yang Bisa Mengubah

“Kebutuhan terdalam manusia adalah untuk dilihat, didengar, dan dipahami.” — William Schutz

Pertanyaan besar yang kini dihadapi banyak pemimpin learning and development (L&D) adalah:

Bagaimana integrasi kecerdasan buatan (AI) dalam teknologi pembelajaran akan memengaruhi dunia coaching profesional?

Singkatnya, AI adalah alat yang sangat kuat. Bila digunakan dengan bijak, AI dapat menyederhanakan tugas rutin dan memperkaya pengalaman coaching. Namun, AI tidak bisa menggantikan unsur manusiawi yang membuat proses coaching benar-benar transformatif.

 

Kekuatan AI vs. Kekuatan Manusia

Seiring teknologi terus berkembang, AI akan menemukan perannya dalam ekosistem coaching — mulai dari memberikan wawasan, memantau progres, hingga mendukung proses secara berbasis data. Namun, inti dari coaching tidak bisa direduksi menjadi algoritma semata. Kemampuan manusia seperti empati, intuisi, kasih sayang, dan koneksi tulus adalah elemen yang tak tergantikan — dan tetap menjadi kunci penting dalam mendukung pembelajaran karyawan.

 

Coach yang hanya fokus pada metrik kinerja atau pengembangan keterampilan teknis saja mungkin akan terganggu dengan kemajuan teknologi. Sebaliknya, coach yang menekankan pengalaman manusiawi dalam proses L&D justru akan berkembang, dan menetapkan standar baru dalam coaching yang bermakna di era AI.

Baca juga: Apakah AI di Tempat Kerja Membuat Kita Kehilangan Sentuhan Manusia?

 

Evolusi Teknologi dalam Dunia Coaching

Menyediakan layanan coaching secara luas, apalagi di organisasi global, bisa menjadi proses yang mahal, rumit, dan tidak efisien tanpa dukungan teknologi. Perbedaan zona waktu, beban administratif, hingga koordinasi yang kompleks sering kali menjadi hambatan.

Karena itulah platform coaching mulai dikembangkan — untuk menyederhanakan pelaksanaan, menyatukan bahasa, melacak progres, serta menyelaraskan tujuan individu dengan target organisasi.

Platform-platform ini menjadi batu loncatan menuju AI-powered coaching.

Namun, meskipun inovatif, teknologi belum pernah mampu menggantikan kedalaman percakapan dengan seorang coach manusia. Di balik semua alat yang canggih, tetap ada satu kesenjangan yang belum bisa ditutup: antara mengetahui apa yang harus dilakukan dan mampu benar-benar melakukannya.

AI dapat memberikan informasi yang membantu proses upskilling — tapi transformasi sejati masih membutuhkan sentuhan manusia.

Seperti yang dikatakan Alice Walker, penulis dan aktivis yang terkenal lewat novelnya The Color Purple:

“Kita semua punya kekurangan… Tapi kondisi manusia yang rapuh ini menjadi jauh lebih tertahankan saat dibagikan, secara langsung, dengan kata-kata yang memiliki tatapan manusia di baliknya.”

Di dunia yang makin digerakkan oleh algoritma, tetaplah kehadiran manusia yang penuh empati, hadir sepenuhnya, dan nyata yang mampu menjembatani kesenjangan antara niat dan tindakan.

 

Peran AI dalam Coaching Karyawan

Jadi, apakah AI bisa menjadi aset dalam proses coaching?

Ya — tapi tidak sendirian.

AI terbukti efektif, terutama dalam coaching yang terstruktur dan berorientasi pada tujuan. Contohnya, chatbot berbasis AI dapat membantu klien dengan panduan instan, pengingat otomatis, serta umpan balik real-time di antara sesi coaching.

Seorang klien yang sedang membangun kebiasaan kepemimpinan, misalnya, dapat menerima check-in harian dari AI untuk merefleksikan percakapan sebelumnya, memantau perilaku tertentu, atau mempraktikkan keterampilan baru.

Dukungan mikro semacam ini memperkuat proses pembelajaran dan menjaga tujuan tetap dalam fokus tanpa menambah beban kerja coach.

Namun coaching bukan hanya tentang pencapaian target — melainkan memastikan bahwa target tersebut benar dan bermakna.

Meskipun AI dapat menganalisis nada suara, menghasilkan pertanyaan, dan memberikan refleksi, AI tetap tidak bisa:

  • Menghubungkan wawasan dari percakapan yang berbeda dalam jangka waktu lama
  • Merasakan apa yang tidak diucapkan
  • Mengajukan pertanyaan yang tepat untuk membuka kesadaran terdalam
  • Menciptakan metafora yang mengubah cara pandang
  • Menentukan perbedaan kecil yang bisa memicu perubahan besar

Kemampuan-kemampuan ini hanya dimiliki oleh manusia — melalui kepekaan, intuisi, dan kehadiran yang otentik.

Baca juga: Menjadi Kapten untuk Pikiran

 

Kolaborasi AI dan Coach: Perpaduan Ideal

Alih-alih melihat AI sebagai pengganti, coach masa depan memilih untuk bermitra dengan AI agar dampaknya semakin kuat. Jika digunakan secara cermat, AI dapat menangani urusan teknis, sementara coach tetap fokus pada aspek terpenting: pemahaman, koneksi, dan transformasi.

Berikut cara kolaborasi ini dapat bekerja secara efektif:

1. Mendukung Pencapaian Tujuan

AI dapat membantu klien tetap pada jalur dengan pengingat, dorongan, dan data kinerja. Namun, hanya coach yang bisa memastikan bahwa tujuan yang dikejar benar-benar relevan dan bermakna — membantu klien menggali makna, memperjelas tujuan, dan memanjat “tangga yang benar.”

2. Menggunakan Wawasan Berbasis Data

AI bisa mengungkap pola perilaku, indikator kemajuan, dan rekomendasi yang dipersonalisasi. Coach kemudian menggunakan informasi ini sebagai titik awal eksplorasi lebih dalam, bukan sekadar memberi saran.

3. Meningkatkan Skala Tanpa Mengorbankan Sentuhan Manusia

AI dapat mengotomatisasi proses seperti penjadwalan, onboarding, dan pencocokan coach-client. Tapi klien tetap menginginkan hubungan yang autentik. Mereka ingin merasa dilihat, didengar, dan dipahami — sesuatu yang hanya bisa diberikan oleh manusia.

4. Memberikan Dukungan Berkelanjutan

AI dapat memberikan dukungan 24/7 di antara sesi — seperti memperkuat konsep utama atau mendorong refleksi. Tapi saat tantangan semakin kompleks dan emosional, peran coach sebagai pendengar yang empatik dan pembimbing intuitif menjadi sangat penting.

AI menyediakan struktur — tetapi manusialah yang memberikan jiwa.

Keduanya, bila dipadukan dengan bijak, menciptakan pengalaman coaching yang luas jangkauannya dan tetap manusiawi.

 

Pertimbangan Etis dalam Penggunaan AI untuk Coaching

Meskipun AI dapat meningkatkan efektivitas coaching, penggunaannya tetap harus bertanggung jawab. Berikut prinsip-prinsip etika yang perlu diperhatikan oleh organisasi, coach, dan klien:

1. Transparansi

Klien harus mengetahui kapan mereka berinteraksi dengan AI. Menyembunyikan hal ini dapat merusak kepercayaan dan hubungan coaching.

2. Perlindungan Data

Sistem AI wajib menyimpan dan memproses data klien secara aman. Pilihlah platform dengan kebijakan privasi yang jelas dan perlindungan data yang kuat.

3. Waspadai Bias

AI dapat memperkuat bias dalam rekrutmen, penilaian kinerja, atau pengembangan. Audit secara rutin untuk memastikan keadilan dan inklusivitas.

4. Pahami Batasannya

Gunakan AI untuk pelacakan progres, refleksi, dan pemberian wawasan — tapi jangan menggantikannya dengan coaching yang berpusat pada manusia.

5. Utamakan Supervisi Manusia

Coach tetap harus meninjau hasil dari AI, memberikan konteks emosional, dan membimbing proses secara penuh empati dan pertimbangan.

Intinya: AI bisa menyederhanakan proses — tapi etika harus menjadi yang utama.

Transparansi, privasi, keadilan, dan kebijaksanaan manusia bukanlah pilihan tambahan — melainkan keharusan.

 

Akhir Kata

Dalam dunia coaching, elemen manusia tetap menjadi yang utama.

AI dapat membantu, memantau progres, memberikan pengingat, dan menutup celah — namun hanya coach yang bisa memberikan empati, kehadiran, dan dukungan yang dipersonalisasi.

 

Informasi mungkin datang dari mesin. Tapi transformasi terjadi dalam hubungan manusia.

Share artikel ini

Alt

Madeline Homan Blanchard adalah salah satu pendiri Coaching.com sebelum perusahaan tersebut diakuisisi oleh Ken Blanchard Companies. Saat ini, Homan-Blanchard menjabat sebagai Chief Coaching Architect di Blanchard.

Alt

Mungkin Anda Juga Menyukai

Tipe istirahat lain selain tidur

Atur Cara Istirahatmu dengan 7 Tipe Istirahat Ini!

Oleh Dr. Saundra Dalton-Smith. Tahukah kamu, bahwa selain tidur manusia juga membutuhkan 6 jenis istirahat lainnya? Simak lengkapnya pada artikel berikut.

Apr 04, 2022 4 Min Read

konten viral di medsos

Content Strategy: Formula Membuat Konten Viral

Ingin tahu formula rahasia di balik konten viral? Yuk, langsung belajar dari ahlinya!

Jan 31, 2025 60 Min Video

Jadi Seorang Pembaca Leader's Digest