Bahagia Dapat Meningkatkan Performa dan Pencapaian

Aug 31, 2021 1 Min Read
bahagia
Sumber:Ketut Subiyanto dari pexels.com
Mayoritas orang di sekitar kita hidup dengan prinsip ini: Sukses yang pertama, kebahagiaan kedua.

Mayoritas orang di sekitar kita hidup dengan prinsip ini: Sukses yang pertama, kebahagiaan kedua. Kebanyakan orang yang kita ketahui dan kita amati menggunakan formula ini dalam kehidupan mereka: Kerja keras untuk menjadi sukses, dan ketika Anda menjadi sukses, Anda akan menjadi senang. Ini adalah formula yang salah karena harusnya justru kebalikannya.

Kebahagiaan sebenarnya adalah prasyarat untuk menjadi sukses, ditulis oleh Shawn Achor, penulis dari buku ‘The Happiness Advantage”. Menurut Achor, kebahagiaan dan optimisme adalah bahan bakar yang meningkatkan performa dan pencapaian.

Dia percaya bahwa jika kita duduk saja dan menunggu untuk bahagia, maka kita sedang mengatur batasan untuk potensi sukses pada otak kita. Kebalikannya terjadi jika kita ingin meningkatkan otak secara positif dimana akan membuat kita lebih termotivasi, ulet, efisien, dan produktif. Semua sikap yang meningkatkan performa kita.

Baca juga : 10 Tip untuk Membantu Anda Tetap Termotivasi

Alt

Sumber : Andre Furtado dari pexels.com

PSIKOLOGIS POSITIF PADA PEKERJAAN

Menemukan “The Happiness Advantage”, Achor memulai penemuan konsepnya selama dia berada di Harvard. Dia melamar di Harvard dan secara mengejutkan, dia diterima di Harvard. Yang dia tidak ketahui adalah perjalanannya di Harvard akan mengambil 12 tahun dari hidupnya.

Pengalaman mengajar dan menetap di asrama selama bertahun-tahun inilah yang memberikannya perspektif tentang bagaimana ribuan mahasiswa di Harvard melalui stress dan tantangan. Disinilah Achor mulai mengamati pola-pola perilaku.
Achor menemukan perbedaan antara siswa yang melihat Harvard sebagai keunggulan dan siswa yang melihat Harvard sebagai sebuah pekerjaan yang harus dilakukan.

Siswa yang melihat Harvard sebagai sebuah keunggulan mempunyai pencapaian yang tinggi dan melakukan pembelajarannya dengan lebih baik, dibandingkan dengan siswa yang melihat Harvard sebagai pekerjaan yang harus dilakukan dan mulai untuk fokus pada stress dan banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan. Grup ini melewatkan banyak kesempatan.

Ketidakbahagiaan ini tidak hanya ada pada Harvard saja. Temuan Survei dari Conference Board pada Januari 2010 menunjukkan bahwa hanya 45% dari pekerja yang di survei merasa senang pada pekerjaan mereka. Persentase ini adalah yang terendah dalam riset selama 22 tahun. 

Achor mempunyai 3 pembimbing yang merupakan profesor di Harvard yaitu Phil Stone, Ellen Langer, dan Tal Ben-Shahar. Mereka tertarik dengan bidang yang baru yang disebut dengan psikologi positif.

Daripada berfokus pada apa yang membuat orang tidak bahagia, 3 pembimbing ini mengerahkan semua yang mereka punya untuk menemukan apa yang membuat orang unggul, berkembang dan sukses. Ini merupakan pertanyaan yang sama persis dengan apa yang Achor punya.

Anda mungkin juga tertarik dengan ini : Selalu Senyum dan Berfikir Positif Seperti Soichiro

Alt

Sumber : fauxels dari pexels.com

KELUAR DARI BUDAYA RATA-RATA (Cult of the Average)

Ketika kita mencari cara untuk memahami perilaku manusia, pendekatan tradisional adalah dengan cara melihat rata-rata perilaku atau dengan melihat hasilnya. Dalam ilmu perilaku, Achor mengatakan bahwa ini adalah pendekatan yang sesat dan menyebutnya dengan sebutan ‘cult of the average’.

Ilmu perilaku mempunyai cara tersendiri untuk mengubah pertanyaan mereka dari “Seberapa cepat seorang anak dapat belajar bagaimana untuk membaca di dalam kelas?” menjadi “Rata-rata seberapa cepat seorang anak belajar untuk membaca di kelas?”. Pembimbing Achor, Ben-Shahar menyebut ini sebagai ‘error of the average’.

Ini yang mereka katakan adalah kesalahan pertama yang dibuat oleh psikologi tradisional:”Jika kita hanya mempelajari apa itu rata-rata, kita akan tetap hanya menjadi rata-rata”. Data outlier (data yang menyimpang) biasanya tidak dihiraukan oleh psikologi tradisional tetapi Achor memilih untuk melakukan sebaliknya. Dia dengan sengaja mempelajari data outlier ini.
Psikologi tradisional mempunyai kesalahan yang kedua yaitu terlalu fokus pada hal negatif. Ini cenderung mengarah untuk hanya bertujuan untuk mengurangi hal yang buruk dan negatif saja, dan hasil yang akan kita capai akan selalu rata-rata.
Kita akan selalu kehilangan potensi untuk bisa diatas rata-rata. Pada tahun 1998, masih ada rasio 17 ke 1 (negatif ke positif) pada penelitian di bidang psikologi. Yang berarti bahwa untuk setiap penelitian dalam kebahagiaan, ada 17 penelitian tentang depresi dan gangguan.

Kita perlu untuk dengan sadar mempelajari tentang apa yang bekerja, bukan apa yang tidak bekerja. Inilah bagaimana lahirnya ‘psikologi positif’. Achor menunjukkan kepada kita melalui buku ini bahwa penelitian baru dalam psikologi dan ilmu saraf menunjukkan bahwa kita menjadi lebih sukses ketika kita lebih bahagia dan lebih positif.

Achor meneliti lebih dari 1.100 siswa di Harvard. Lalu dia mengambil penelitian ini dan menerapkannya untuk membentuk dan melakukan survei miliknya kepada 1.600 sarjana yang berprestasi. Ini adalah salah satu penelitian terbesar tentang kebahagiaan yang pernah dilakukan di Harvard.

Baca juga : Reaksi Atau Respon, Mana Pilihanmu ?

Alt

Sumber : Andrea Piacquadio dari pexels.com

Ketika dia selesai mengumpulkan, mempelajari dan menganalisa sejumlah penelitian yang sangat banyak ini, Achor menemukan 7 pola spesifik, dapat ditindaklanjuti, dan terbukti yang dapat menyebabkan kesuksesan dan pencapaian yang positif:

1. Keuntungan dari Kebahagiaan
Kita perlu untuk melatih kembali otak kita untuk sepenuhnya memanfaatkan pikiran positif, dibandingkan pikiran negatif. Ini akan meningkatkan produktivitas dan performa.

2. Titik Tumpu dan Tuas
Prinsip ini mengajarkan kita bagaimana kita bisa mengatur pola pikir kita (titik tumpu) sedemikian rupa untuk bisa memberikan kita kekuatan (tuas) untuk lebih terpenuhi dan sukses.
 
3. Efek Tetris
Ini adalah saatnya kita untuk melatih kembali otak kita untuk fokus dan menemukan pola dari kemungkinan yang akan terjadi sehingga kita bisa mengambil kesempatan itu saat melihatnya didepan mata kita.

4. Jatuh ke Atas
Ini adalah prinsip yang mengajari kita untuk mencari jalur mental yang tidak hanya menuntun kita keluar dari kegagalan, tetapi juga mengajari kita bagaimana untuk lebih bahagia dan lebih sukses karena sebuah kegagalan.

5. Lingkaran Zorro
Kita biasanya dikendalikan oleh emosional kita ketika kita kewalahan terhadap tantangan dan stress dalam kehidupan. Ketika kita menerapkan prinsip ini, kita belajar untuk fokus pada tujuan yang kecil dan dapat diatur. Lalu kita sedikit demi sedikit memperbesar lingkaran kita terhadap tujuan yang lebih besar.

6. Peraturan - 20 Detik
Tekad kita biasanya tidak bertahan lama. Prinsip ini mengajari kita bahwa dengan membuat sedikit pengaturan energi, kita bisa mengubah dan mengganti kebiasaan yang buruk dengan kebiasaan yang baik.

7. Investasi Sosial
Prinsip ini menekankan pada pentingnya bantuan jaringan sosial. Ketika dalam keadalan sulit, kita seharusnya tidak mundur dan lari, tetapi sebaliknya, bertahan dengan kuat pada teman, rekan, dan anggota keluarga yang akan membantu kita.

Prinsip ini membentuk satu kesatuan sarana yang bisa digunakan oleh siapapun terlepas dari keahlian atau pekerjaan mereka untuk mencapai suatu hal yang lebih baik setiap harinya. Hal yang luar biasa tentang prinsip dari psikologi positif ini adalah mereka bisa bekerja dalam bentuk apapun, tidak hanya di perusahaan dan dunia bisnis.

Mereka juga bisa diterapkan pada kehidupan pribadi kita, membantu kita memperbaiki kebiasaan buruk, melewati tantangan dalam hidup dan membuat kita bisa lebih efektif, efisien dan produktif dalam kehidupan.

Achor dengan jelas menyatakan bahwa prinsip ini tidak mengajari kita untuk memberikan wajah bahagia dan menggunakan ‘Positive thinking’ untuk berharap masalah kita akan pergi. Mereka juga tidak mengajari kita untuk hidup seperti tidak ada masalah sama sekali.

Melainkan, Keuntungan dari Kebahagiaan dimulai pada tempat yang berbeda yaitu mereka mengajari kita untuk lebih realistis tentang situasi saat ini yang kita hadapi dan disaat yang bersamaan, untuk memaksimalkan potensi kita untuk masa depan.

Ini semua adalah tentang mengembangkan pola pikir dan pola kebiasaan yang akan mendorong kesuksesan yang lebih besar. Keuntungan dari Kebahagiaan dimulai ketika kita menyadari bahwa kita dapat berubah - Mungkin untuk Berubah.

Mungkin Anda juga tertarik dengan ini : Giat Berlatih Untuk Mencapai Keunggulan

Alt

Sumber : Shvets dari pexels.com

Mungkin untuk Berubah

Kita sudah hidup panjang dengan mitos bahwa kita sama seperti gen kita. Bahwa kita dilahirkan di dunia ini dengan keterampilan dan kemampuan yang sudah pasti dan otak kita tidak dapat berubah.

Tetapi, penelitian belakangan ini dalam ilmu saraf membuktikan bahwa ada banyak cara kita untuk mengubah otak kita untuk lebih positif, kreatif, produktif dan tangguh.

Pertanyaannya berubah dari “apakah mungkin untuk berubah?” menjadi “Seberapa banyak perubahan yang mungkin terjadi?” Potensi dari manusia itu tidak terbatas. Ini adalah tentang menciptakan dan mengembangkan perubahan yang positif dalam jangka panjang. Ini bukanlah tentang momen yang tinggi dan bahagia sesaat saja.

Jadi, mari melihat lebih dekat bagaimana perubahan ini mungkin untuk dilakukan dan bagaimana kita mendapatkan dan memaksimalkan potensi penuh dari kemampuan otak kita untuk berubah agar bisa untuk menuai dan menikmati manfaat dari Keuntungan dari Kebahagiaan (The Happiness Advantage).

Baca juga dalam versi English

Share artikel ini

Kepribadian

Tags: Sifat Positif

Alt

This article is published by the editors of Leaderonomics.com with the consent of the guest author. 

Alt

Mungkin Anda Juga Menyukai

Laki-laki berkacamata yang sedang belajar

Sudahkah Belajar Jadi Bagian dari Masa Depanmu?

Jika dihitung per minggu, kira-kira berapa lama waktu yang kamu habiskan untuk belajar? Apakah kamu yakin waktu yang didedikasikan untuk belajar tersebut sudah mumpuni untuk menunjangmu di masa depan?

May 30, 2022 4 Min Read

Jadi Seorang Pembaca Leader's Digest