Cara Membebaskan Diri dari Herd Mentality (Kecenderungan Mengikuti Mayoritas)

Dec 13, 2023 4 Min Read
seseorang yang berpikir kritis
Sumber:

dari Freepik.com

Kita semua pernah berada dalam situasi di mana lebih mudah untuk mengikuti mayoritas daripada berbeda pendapat. Kita berubah pikiran karena tekanan sosial (peer pressure) yang ada membuat kita berpikir bahwa pendapat mayoritas sudah pasti benar. Akibat terlalu sering menerapkan mentalitas tersebut, secara tidak sadar pendirian kita tidak murni dari apa yang benar-benar kita rasakan.

Meskipun manusia pada hakikatnya memiliki sisi individualis yang ingin mengatur kehidupannya sendiri, secara alamiah kita memiliki kecenderungan untuk meniru dan mengikuti orang lain. Ketika kita menghadapi situasi sulit, kita cenderung menyetujui saran orang lain tanpa berpikir panjang. Yang paling mengkhawatirkan adalah ketika otak kita terus menginternalisasikan pendapat orang lain dan melabelinya sebagai penilaian pribadi kita.

Herd mentality atau mentalitas gerombolan dapat ditemukan di mana saja. Baik itu dalam kerusuhan massa, gerakan politik, tren fashion, aktivitas keagamaan, hingga acara olahraga. Dalam masing-masing kasus, seorang individu cenderung mengadopsi pendapat mayoritas tanpa mempertimbangkan pendiriannya sendiri.

Banyak situasi rumit yang dapat memicu herd mentality. Tidak hanya ketika kita dalam bahaya, namun juga ketika kita merasa takut untuk menjadi berbeda. Karena ingin menjadi sama dan diterima dalam suatu kelompok, masing-masing anggota yang semulanya memiliki pendiriannya sendiri kemudian berpendapat sama.

Baca juga: Apa Itu Berpikir Kritis dan Fungsinya di Tempat Kerja

Ketika Herd Mentality Menjadi Berbahaya

kebebasan berpendapat

dari Freepik.com

Tanpa herd mentality, leluhur kita tidak akan mungkin berkelompok dan melawan berbagai hewan buas atau membantu satu sama lain mencari makanan. Selain sisi positifnya yang mendorong sesama manusia untuk bekerja sama, herd mentality dapat membuat kita mudah untuk dimanipulasi. Banyak pemimpin neo-authoritarian mengeksploitasi mentalitas ini untuk meraih kekuasaan.

Sisi gelap dari herd mentality adalah ketika aktivitas kebebasan berpendapat dibatasi secara perlahan. Akibatnya, terjadi konvergensi di mana setiap individu diatur untuk meniru dan mengikuti suatu sikap atau pandangan. 

Peneliti menemukan bahwa hanya dibutuhkan sebanyak 5% dari suatu kelompok untuk mempengaruhi 95% lainnya secara tidak sadar. Pemimpin dari masa ke masa seperti Hitler, Stalin, Mussolini, Bolsonaro, Trump, hingga Xi telah memanfaatkan mentalitas ini untuk kepentingan mereka. Saat ini, kita bisa melihat bagaimana Putin memanipulasi rakyatnya dengan berbagai propaganda untuk merasionalisasikan konfrontasi militer Rusia terhadap Ukraina.

Herd mentality inilah yang membuat akal sehat manusia menjadi tumpul. Maka dari itu, tidak heran bila dalam situasi sulit kita akan selalu mencari sosok pemimpin kuat yang dapat memandu kita.

Baca juga: Rasional Menghadapi Quarter Life Crisis

Cara Membebaskan Diri dari Herd Mentality

1. Telusuri apa yang menjadi pendirian kita

Kita dapat mengurangi risiko herd mentality dengan membiasakan diri untuk berpikir independen. Biasakan untuk bertanya, mempertimbangkan pilihan sendiri, dan mengedukasi diri untuk membuat keputusan yang tepat meskipun hal tersebut membuat kita terlihat bodoh.

Pada dasarnya, mengikuti mayoritas adalah pilihan yang mudah. Penting untuk diingat bahwa meskipun orang lain lebih cepat dalam membuat keputusan, bukan berarti mereka lebih paham atau benar. Maka dari itu, kita harus menyadari dan memahami bias yang dapat mempengaruhi kita.

2. Menjustifikasi pilihan kita

Tendensi kita untuk mengikuti orang lain akan berkurang jika kita memahami secara jelas alasan kita memiliki pola pikir atau pendapat tertentu. Pendapat yang berbeda seharusnya memberikan ruang di antara kita untuk saling memahami dan berdiskusi, bukan secara membabi buta mengikuti mayoritas.

Baca juga: Menghadapi Emosi Negatif? Bagus, Jangan Sia-siakan!

3. Terapkan pola pikir bahwa mayoritas tidak selalu benar

Apapun yang menjadi pendirian kita, akan selalu ada tekanan sosial untuk diterima dalam suatu kelompok. Faktor inilah yang membuat perbedaan pendapat menjadi rumit. 

Maka dari itu, kita harus menghindari pola pikir bahwa sesuatu sudah pasti benar jika mayoritas orang menyetujui hal tersebut. Sebaliknya, tanyakan pada diri kita apakah pilihan yang kita buat benar-benar cerminan dari pendirian kita atau kita membiarkan diri terjerat dalam bias.

4. Jangan tergesa-gesa membuat keputusan

Kita perlu menyadari bahwa emosi kita dapat mempengaruhi kapabilitas kita dalam membuat keputusan. Sayangnya, manusia cenderung tergesa-gesa dalam membuat keputusan ketika berada di bawah tekanan. Padahal, kita membutuhkan waktu untuk mencerna situasi dan akan lebih bijak membuat keputusan dengan kepala dingin.

Pada dasarnya, manusia telah berevolusi menjadi sedemikian rupa berkat kapasitasnya untuk berpikir mandiri dan bergantung pada orang lain. Hal inilah yang membantu kita belajar, menemukan, dan mengembangkan suatu ide

Kita tidak bisa mengabaikan sifat yang melekat secara alamiah begitu saja. Lagipula, manusia juga tidak bisa sepenuhnya hidup secara independen. Manusia terikat secara sosial, di mana kita akan berusaha mencari titik temu ketika berkumpul sebagai kelompok. Begitulah cara otak kita bekerja.

Oleh karena itu, tantangan kita adalah untuk membedakan antara mana yang merupakan kebijaksanaan dan mentalitas gerombolan.

insead

Artikel ini diterbitkan ulang atas izin INSEAD Knowledge (http://knowledge.insead.edu). Hak Cipta INSEAD 2023.

Share artikel ini

Komunitas

Tags: Konsultasi

manfred_kets_de_vries_7192b3_0cbe020c10.jpeg

Manfred F. R. Kets de Vries adalah akademisi manajemen, psikoanalisis, konsultan, dan profesor bidang ilmu Pengembangan Kepemimpinan dan Perubahan Organisasi di INSEAD.

Alt

Mungkin Anda Juga Menyukai

Apa Masa Depan Lulusan Pasca Covid-19?

Apa Masa Depan Lulusan Pasca Covid-19?

Penasaran bagaimana masa depan pasca Covid-19? Menariknya, ternyata pandemi telah mendorong banyak orang untuk mendefinisikan ulang kesuksesan karier dan kehidupan mereka. Simak lengkapnya untuk tahu lebih lanjut!

Jan 24, 2022 1 Min Read

toxic boss

4 Cara Menghadapi Seorang Toxic Boss

Seringkali kita temui segelintir orang yang bekerja untuk bos yang tidak menghargai mereka sama sekali dan bahkan ini dapat dikatakan sebagai toxic boss karena dapat membuat karyawan jenuh dan lingkungan yang tidak sehat di kantor. Hal ini tentu saja harus dihentikan.

Aug 30, 2021 2 Min Video

Jadi Seorang Pembaca Leader's Digest