Mau Inovasi? Hadirkan Pengalaman!

Apr 15, 2022 3 Min Read
Cara perusahaan melahirkan inovasi dari pengalaman
Sumber:

Thisisengineering dari Pexels.com

Kunci dibalik lahirnya sebuah inovasi

“Saya tidak bisa membuat karyawan disini berinovasi!”, begitu kata seorang pimpinan sebuah perusahaan besar di Indonesia pada saya. “Padahal saya sudah buatkan Innovation Lab yang sudah sangat bagus disini. Apa yang kurang?”, begitu imbuhnya.

Memang benar, ada satu lantai di gedung itu yang didesain dengan penuh warna, ruang kerja terbuka dengan tempelan post-it notes, lengkap dengan bean bags dan meja pingpong. Keren. Tapi ya itu, tetap saja tidak ada inovasi layak yang muncul di ruangan keren itu.

Masalahnya adalah inovasi tidak akan lahir semata-mata karena tempat kerja yang keren. Bahkan kalau lihat para inovator yang telah mengubah dunia kita saat ini, inovasi mereka tidak lahir di ruangan keren. Lampu pijar lahir di workshop Edison yang berdebu. Apple lahir di garasi rumah orang tua Steve yang terbengkalai. Facebook lahir di kamar asrama Mark yang sempit.

Jadi membuat ruang kerja keren dan berharap karyawan akan langsung bisa menghasilkan inovasi itu ibarat membangun stadion tennis kelas dunia dan berharap setiap pemainnya akan otomatis jadi pemenang Wimbledon Championship.

Baca juga: 8 Kegiatan yang Ampuh Mendorong Kreativitas

Lalu, apa pemicu inovasi?

Alt

Sumber: Fauxels dari Pexels.com

Lalu, apa yang akan dapat memicu lahirnya inovasi? Jawabannya adalah pengalaman. Bukan pengalaman masa lalu tentunya, melainkan pengalaman baru yang karyawan dapatkan di tempat kerja. Pengalaman baru ini bisa hadir dari interaksi harian dengan kolega, bisa juga lahir dari penugasan atasan yang mendorong mereka mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan baru.

Steve Jobs tumbuh besar di Palo Alto, sebuah kota kecil di selatan San Fransisco yang dikenal sebagai tempat lahirnya Silicon Valley. Kota Palo Alto tumbuh berkembang diatas kombinasi kuat antara tradisi dan teknologi. Di sinilah perusahaan-perusahaan besar yang mengubah dunia yang kita kenal saat ini lahir, tumbuh dan berkembang. Di sini pula kampus ternama Stanford University didirikan lebih dari seratus tahun yang lalu.

Sejak muda, Steve biasa bergaul dengan mahasiswa Stanford dan karyawan perusahaan teknologi seperti Hewlett Packard dan Atari. Hewlett secara pribadi seringkali memberi Steve sparepart untuk projek-projek yang ia kerjakan. Di Atari, Steve mendapat tantangan dari Nolan Bushnell, sang Founder untuk ‘mengoprek’ mesin konsol Atari agar dapat bekerja lebih efisien. Lalu ada Homebrew Computer Club, tempat kumpulnya para computer hobbyist untuk saling memamerkan karya-karya mereka di mana Steve suka nongkrong.

Sebelum lahirnya iMac, iPod, iPhone, iPad dan beragam produk revolusioner Apple lainnya, ada seorang Steve Jobs muda yang tumbuh di lingkungan yang tidak berhenti memberinya pengalaman yang mendorongnya mengeksplorasi hal-hal baru, bermimpi besar dan bereksperimentasi.

Singkatnya, sebuah inovasi adalah produk dari lingkungan di mana sang inovator itu tumbuh. Beberapa perusahaan beruntung karena sudah memiliki budaya inovasi yang baik, sistem perusahaan yang mendukung untuk lahirnya ide-ide baru dan tindaklanjutnya, para atasan sudah terbiasa memberi tantangan dan dukungan pada timnya. Namun demikian, banyak perusahaan yang tidak seberuntung itu.

Lalu adakah harapan bagi perusahaan-perusahaan ini untuk dapat menghadirkan pengalaman karyawan yang bisa melahirkan inovasi?

Tentu saja jawabannya, ada. Namun memang tidak mudah. Jelas tidak cukup dengan hanya membuat ruangan kerja yang keren. Perusahaan harus secara sadar dan konsisten menciptakan kebijakan, sistem dan program-program yang dapat secara langsung memicu aksi dan pengalaman yang dibutuhkan karyawan untuk berinovasi. Dan ini bisa dilakukan. Selama empat tahun terakhir ini, Corporate Innovation Asia (CIAS) telah membantu banyak perusahaan melakukannya.

Pertanyaannya adalah apakah perusahaan memiliki ‘political will’ yang kuat untuk menjalankannya? Karena musuh terbesar inovasi di perusahaan bukanlah kurangnya talenta, tapi immune system yang bersembunyi dibalik politik kantor. Kita akan bahas isu ini di tulisan saya berikutnya. Untuk saat ini, pertanyaan yang lebih mendesak adalah, “seberapa besar keinginan Anda untuk melakukannya?”

Karena seberapa besar peluang sukses Anda melakukannya tergantung dari jawaban Anda atas pertanyaan itu.

Artikel ini diterbitkan dari akun LinkedIn milik Indrawan Nugroho.

Tonton juga:

Share artikel ini

Kepemimpinan

Tags: Kepemimpinan Tanpa Batas

Alt
Indrawan Nugroho adalah Founder dan CEO Corporate Innovation Asia (CIAS).
Alt

Mungkin Anda Juga Menyukai

Seorang wanita sedang mengobrol di kantor

Mengapa Kita Tidak Melihat Wanita Sebagai Pemimpin?

New York Times mencatat bahwa terjadi penurunan jumlah pemimpin wanita sebanyak 25%. Bagaimana bisa bias gender dan kurangnya representasi wanita di posisi kepemimpinan tetap terjadi?

Mar 08, 2022 3 Min Read

Alt

Bagaimana Mengatasi Rasa Gugup

Adon Saptowo, vokalis sensasi dan celebriti dari Base Jam, memberi tip untuk mengatasi rasa gugup. Dengari tip Adon dan belajar untuk mengatasi gugup

Dec 21, 2020 5 Min Video

Jadi Seorang Pembaca Leader's Digest