Pemimpin yang Disukai: Kunci Membangun Kepercayaan Tim

Yan Krukau, Pexels
Menjadi seorang pemimpin tidak selalu berarti menjadi sosok yang dikagumi dari kejauhan, yang memerintah tanpa sentuhan manusiawi. Justru sebaliknya, pemimpin yang paling efektif adalah mereka yang disukai, bukan karena kelemahan, melainkan karena kepercayaan, rasa hormat, dan kemampuan membuat orang lain merasa memiliki tempat dalam tim. Kepemimpinan yang baik tidak diukur dari seberapa sering seseorang memberi perintah, melainkan dari seberapa dalam ia mampu menumbuhkan rasa memiliki dan tanggung jawab di antara anggotanya.
Di bawah ini kita akan membahas prinsip dasar psikologis beserta riset yang mendukungnya, serta langkah-langkah praktis yang dapat diterapkan secara langsung. Semuanya disampaikan dengan bahasa yang ringan agar mudah dipahami dan bisa segera diimplementasikan dalam konteks kerja nyata, baik di organisasi besar maupun tim kecil.
Mengapa “disukai” itu penting dan bukan sekadar soal perasaan
Ketika tim menyukai pemimpinnya, dampaknya tidak hanya membuat suasana kerja terasa lebih “nyaman”. Ada pengaruh nyata terhadap peningkatan engagement, inisiatif, dan loyalitas. Literatur kepemimpinan modern menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan yang menekankan kesejahteraan serta pemberdayaan karyawan, seperti servant leadership, memiliki korelasi positif dengan kepuasan kerja, komitmen organisasi, dan perilaku pro-organisasi. Berbagai studi tinjauan juga menunjukkan bahwa servant leadership membantu karyawan merasa lebih termotivasi dan berkontribusi lebih optimal, karena mereka merasa dihargai sebagai manusia, bukan sekadar sumber daya. Ketika rasa percaya dan penghargaan itu tumbuh, tim akan lebih siap menghadapi tantangan bersama tanpa harus selalu diawasi secara ketat.
Rumus: disukai ≠ lemah. Disukai = dipercaya
Jika ada yang berpendapat bahwa “pemimpin yang disukai tidak bisa tegas”, itu merupakan kesalahpahaman. Justru, pemimpin yang disukai sering kali memiliki wibawa yang lebih kuat karena:
- Mereka membangun kepercayaan melalui konsistensi antara ucapan dan tindakan. Orang cenderung menghormati pemimpin yang jujur dan dapat diandalkan (Harvard Business Review).
- Mereka mengutamakan keamanan psikologis dalam tim, sehingga anggota lebih terbuka, cepat melaporkan masalah, dan bekerja dengan lebih produktif (Massachusetts Institute of Technology).
- Mereka menyeimbangkan empati dengan ekspektasi, memberikan dukungan sekaligus kejelasan mengenai tujuan dan standar kerja.
Baca Juga: Pemimpin Seperti Apa yang Mendapatkan Kepercayaan Gen Z?
Jadi, tujuan utama bukanlah menjadi “orang yang disukai semua orang” dengan cara menghindari keputusan sulit. Tujuan sebenarnya adalah menjadi pemimpin yang dihormati dan dipercaya, sehingga ketika keputusan sulit harus diambil, tim memahami bahwa hal itu dilakukan demi kebaikan bersama. Dalam jangka panjang, rasa percaya inilah yang akan membangun ketahanan tim dan menumbuhkan budaya kerja yang lebih matang.
Prinsip-prinsip dasar yang perlu dipegang

Yan Krukau, Pexels
Beberapa prinsip berikut didukung oleh hasil riset dan praktik manajemen. Jadikan ini sebagai fondasi dalam kepemimpinan:
1. Utamakan kepercayaan
Tanpa trust, setiap komunikasi dan instruksi akan terhambat. Kepercayaan terbentuk melalui keterbukaan, konsistensi, dan kompetensi. Pemimpin yang dapat diandalkan akan menciptakan rasa aman bagi tim untuk berinisiatif tanpa takut disalahartikan.
2. Ciptakan psychological safety
Berikan ruang bagi anggota tim untuk berbicara dan bereksperimen tanpa takut disalahkan. Lingkungan seperti ini mendorong pembelajaran, inovasi, dan juga mempercepat perbaikan ketika kesalahan terjadi.
3. Gunakan empati, tetapi tetap tegas
Empati membuat anggota tim merasa dihargai, sementara ketegasan memastikan arah dan hasil tetap terjaga. Tidak perlu memilih salah satu, keduanya harus berjalan seimbang. Pemimpin yang bijak tahu kapan harus mendengarkan dan kapan harus mengambil keputusan yang tegas.
Baca Juga: “How’s Your Day?” Pertanyaan Sederhana yang Bisa Mengubah Hidup Seseorang
4. Praktikkan servant leadership
Fokuslah pada bagaimana membantu tim agar mereka dapat berprestasi, bukan hanya memberi perintah dari atas. Bukti ilmiah menunjukkan bahwa model kepemimpinan ini meningkatkan kepuasan dan komitmen kerja, sekaligus memperkuat hubungan antarmanusia di tempat kerja.
5. Bangun hubungan personal dengan setiap anggota (LMX awareness)
Kualitas hubungan antara pemimpin dan setiap anggota tim (leader–member exchange) sangat memengaruhi motivasi dan performa kerja. Perhatikan setiap individu, bukan hanya mereka yang paling menonjol. Pemimpin yang peka terhadap dinamika ini akan lebih mudah memahami potensi, kebutuhan, dan hambatan yang dihadapi tiap anggota.
Menjadi pemimpin yang disukai tim bukan berarti harus selalu bersikap manis atau tersenyum sepanjang waktu. Ini adalah tentang memilih pendekatan yang membangun kepercayaan, memberikan ruang untuk belajar, dan tetap menjaga standar. Mulailah dari hal-hal sederhana: mendengarkan lebih banyak, mengucapkan terima kasih secara spesifik, mengakui kesalahan sendiri, serta tetap tegas terhadap tujuan. Lambat laun, perilaku kecil seperti ini akan menumbuhkan budaya kerja yang lebih sehat, inklusif, dan produktif.
Ingatlah, pemimpin yang paling dihormati adalah mereka yang manusiawi, yang memimpin dengan hati dan pikiran sekaligus.
Kepemimpinan
Tags: Jadilah Seorang Pemimpin, Kepemimpinan Tanpa Batas, Pertumbuhan, Sifat Positif
Virky adalah seorang Digital Marketer berpengalaman dengan rekam jejak yang terbukti dalam industri pemasaran dan periklanan. Memiliki keahlian dalam perencanaan bisnis, penulisan konten web, strategi pemasaran email, pengembangan situs web berbasis WordPress dan Joomla, serta pemasaran konten.





