Berhenti Berteori, Saatnya HR Membuktikan Aksi

Cottonbro Studio, Pexels
Setiap tahun, kalender kegiatan HR (Human Resources) dipenuhi oleh berbagai konferensi, seminar, dan lokakarya yang diklaim membahas inovasi, strategi, serta praktik terbaik dalam dunia sumber daya manusia. Namun setelah bertahun-tahun, muncul pertanyaan penting: apa yang benar-benar berubah?
HR masih berkutat pada isu yang sama seperti satu dekade lalu. Perdebatan mengenai PKWT (Perjanjian Kerja Waktu Tertentu) dan PKWTT (Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu) tetap membingungkan, pemahaman atas regulasi ketenagakerjaan masih sering diabaikan padahal seharusnya menjadi dasar sejak awal berkarier di bidang HR, dan peran strategis HR masih lebih sering menjadi jargon daripada kenyataan. Menariknya, setiap kali konferensi HR diadakan, tema yang diangkat selalu berputar pada istilah klise seperti employee engagement, talent management, atau HR as a strategic partner. Di balik jargon tersebut, eksekusi di lapangan tetap tidak menunjukkan perubahan berarti.
HR Conference: Lebih Banyak Gimik, Minim Aksi
Mari kita telaah satu per satu realitas yang terjadi dalam industri konferensi HR:
- Pembicaranya Itu-Itu Saja: Hampir setiap konferensi menghadirkan sosok yang sama dengan materi presentasi yang hanya sedikit diperbarui dari tahun ke tahun. Tidak banyak ruang bagi diskusi mengenai kegagalan atau tantangan nyata yang dihadapi HR di lapangan. Hampir semua sesi menyoroti kisah “kesuksesan” yang dikemas rapi tanpa keterbukaan terhadap proses percobaan dan kesalahan di baliknya.
- Pesertanya Hanya untuk Eksistensi: Tidak dapat dipungkiri, sebagian peserta menghadiri konferensi HR lebih untuk memperlihatkan eksistensi diri di media sosial profesional seperti LinkedIn. Mereka berpose di depan backdrop acara dengan caption motivasional, namun ketika kembali ke kantor, pengetahuan yang diperoleh jarang diterapkan. Bertukar kartu nama terjadi lebih sering daripada bertukar gagasan yang benar-benar berdampak.
- Dominasi Booth Penjualan HRIS (Human Resources Information System): Sebuah konferensi HR seolah tidak lengkap tanpa deretan stan vendor HRIS yang menawarkan berbagai “solusi” untuk setiap permasalahan HR. Dari payroll automation hingga AI-based recruitment, semuanya terdengar mengesankan. Namun, banyak HR tetap kesulitan menjawab pertanyaan mendasar seputar pengelolaan karyawan kontrak dan tetap.
- Konten yang Dangkal, Isu yang Berulang:Hampir setiap konferensi mengangkat tema “pentingnya employee experience” atau “transformasi digital di HR,” seolah itu topik baru. Faktanya, isu ini telah dibahas selama bertahun-tahun namun penerapannya di lapangan masih minim. Di saat HR berbicara tentang digital transformation, banyak perusahaan masih mencatat cuti karyawan secara manual di Excel.
Baca Juga: 6 Tips Memenangkan Hati Calon Klien Saat Meeting
Root Cause: Mengapa HR Conference Hanya Menjadi Seremoni?
Jika ditelusuri lebih dalam, terdapat beberapa akar masalah yang membuat industri konferensi HR terasa hambar dan kehilangan substansi:
- HR Enggan Mengeksekusi: Banyak HR yang lebih suka "berbicara" dibandingkan "melakukan." Bicara tentang strategi jauh lebih nyaman dibanding berhadapan dengan kenyataan di lapangan yang penuh tantangan.
- Komersialisasi Acara HR: Banyak konferensi kini lebih berorientasi pada keuntungan finansial dibanding substansi pembelajaran. Harga tiket yang tinggi dan sponsor berlimpah tidak sebanding dengan hasil nyata yang diperoleh. Acara sering kali berubah menjadi ajang promosi dan jaringan bisnis, bukan wadah untuk menghasilkan solusi konkret.
- Kurangnya Pemahaman HR terhadap Bisnis: Topik konferensi sering kali tidak selaras dengan realitas bisnis. HR sibuk membahas engagement tanpa memahami bahwa tanpa keuntungan, tidak ada hal yang bisa di-engage. Kesenjangan ini membuat HR gagal menjadi mitra strategis yang benar-benar dibutuhkan perusahaan.
Apa Solusinya?
Agar dunia HR dapat berkembang secara nyata, pendekatan terhadap konferensi HR perlu diubah secara mendasar:
- Kurangi Gimik, Perbanyak Studi Kasus Nyata: Daripada mengulang teori lama, sebaiknya fokus pada pembahasan kasus nyata dan solusi praktis yang dapat diterapkan. Diskusi tentang kegagalan dan pembelajaran jauh lebih bermanfaat daripada sekadar menampilkan citra sukses.
- Evaluasi Dampak dari Setiap Konferensi: Setiap peserta seharusnya mampu menjawab satu pertanyaan penting: apa hal konkret yang akan saya ubah di perusahaan setelah mengikuti konferensi ini? Tanpa refleksi tersebut, kegiatan hanya menjadi pemborosan waktu dan biaya.
- HR Harus Kembali ke Realita Bisnis: HR harus memahami bahwa tanpa profit, semua program HR hanya akan menjadi wacana kosong. Alih-alih berbicara tentang engagement tanpa dasar, lebih baik fokus pada bagaimana HR bisa membantu meningkatkan performa bisnis secara langsung.
Baca Juga: Menjadi HRockstar!
Kesimpulan
Sudah waktunya mengakui bahwa industri konferensi HR telah bergeser menjadi kegiatan yang lebih banyak berbicara daripada menghasilkan tindakan nyata. Jika HR benar-benar ingin diakui sebagai mitra strategis bisnis, maka saatnya berhenti berbicara dan mulai bekerja. Bila konferensi hanya menjadi ajang pamer dan promosi produk, sebaiknya tidak perlu diadakan sama sekali. HR bukan hanya People Person, tetapi harus menjadi motor penggerak perubahan dalam organisasi. Tanpa itu, HR akan terus terjebak dalam “percakapan panjang tanpa aksi” yang terus berulang di setiap seminar dan konferensi.
Kepemimpinan
Tags: Jadilah Seorang Pemimpin, Kepemimpinan Tanpa Batas, Pertumbuhan, Sifat Positif
Hendra menerjemahkan tujuan bisnis menjadi strategi SDM yang efektif dan berfokus pada kinerja. Dengan perpaduan empati dan analisis strategis, ia membantu perusahaan membangun budaya kerja yang produktif dan berorientasi pada manusia.