Pola Menyenangkan Orang Lain: Mengurai People Pleaser dan Fawning

Nov 25, 2025 4 Min Read
Otak mainan di atas piring
Sumber:

Amel Uzunovic, Pexels

Pernahkah Anda merasa kesulitan mengatakan "tidak" atau selalu berusaha mati-matian agar semua orang senang, bahkan ketika itu mengorbankan diri sendiri? Jika ya, Anda mungkin mengenal istilah People Pleaser atau bahkan respons trauma yang disebut Fawning. Memahami kedua perilaku ini bukan sekadar urusan psikologi, tetapi juga tentang bagaimana otak kita diprogram untuk bertahan hidup dan mencari koneksi.

People Pleaser: Pencari Hadiah Dopamin

Perilaku People Pleaser adalah dorongan untuk selalu menyenangkan orang lain demi mendapatkan persetujuan dan validasi mereka. Intinya, ini adalah adaptasi sosial yang berakar pada rasa takut akan penolakan atau kritik ringan.

Perspektif Neurosains

Dalam konteks otak, People Pleaser didorong oleh sistem reward (hadiah).

1. Dopamin Adalah Hadiahnya: Ketika Anda berhasil membantu seseorang, menerima pujian, atau menghindari konflik, otak Anda melepaskan Dopamin. Dopamin adalah neurotransmiter "rasa senang" yang berfungsi sebagai hadiah.

2. Penguatan Perilaku: Otak Anda lalu mengaitkan tindakan menyenangkan orang lain dengan sensasi Dopamin yang menyenangkan ini. Ini menciptakan lingkaran umpan balik positif: semakin Anda menyenangkan, semakin Anda merasa baik (sesaat), dan semakin Anda termotivasi untuk mengulanginya.

3. Takut Kritik: Sebaliknya, Amigdala (pusat ketakutan di otak) Anda menjadi aktif saat mengantisipasi penolakan. Untuk meredakan kecemasan ini, otak secara naluriah memilih cara termudah: setuju, membantu, atau meminta maaf, demi menghindari rasa sakit sosial.

Kesimpulan untuk People Pleaser: Ini adalah perilaku yang dipelajari. Anda melakukannya bukan karena kebaikan murni, tetapi karena otak Anda telah dikondisikan untuk mencari validasi eksternal sebagai sumber kebahagiaan dan keamanan sosial.

Baca Juga: Neuroplastisitas Otak: Bawa Hidupmu ke Level Selanjutnya

Fawning: Mekanisme Bertahan Hidup dari Trauma

Sementara People Pleaser mencari hadiah, Fawning (meringkuk/menjilat) adalah respons yang jauh lebih primal. Fawning adalah salah satu dari empat respons bertahan hidup utama (Fight, Flight, Freeze, Fawn) dan merupakan mekanisme trauma.

Perspektif Neurosains

Fawning dipicu oleh ancaman yang jauh lebih serius dan sering kali berakar pada lingkungan masa kecil yang tidak aman (misalnya, orang tua yang tidak stabil atau pelecehan).

1. Amigdala Aktif Penuh: Pemicunya adalah ancaman terhadap keselamatan yang nyata. Amigdala aktif secara intens, memicu respons stres yang masif.

2. Respons Otomatis: Dalam situasi di mana melawan (Fight) atau melarikan diri (Flight) tidak mungkin dilakukan atau terlalu berbahaya, otak secara otomatis mengaktifkan respons Fawn.

3. Menenangkan Ancaman: Respons Fawn melibatkan tindakan menenangkan, menjilat, atau menyerah sepenuhnya kepada pihak yang mengancam. Tujuannya bukan untuk mendapatkan pujian, melainkan untuk meredakan ancaman agar bahaya berhenti atau diminimalisasi.

4. Hormon Stres: Perilaku ini disertai pelepasan Kortisol (hormon stres) dan Adrenalin yang tinggi. Tindakan menyenangkan tersebut adalah upaya neurobiologis untuk mengurangi lonjakan hormon stres ini demi kelangsungan hidup.

Kesimpulan untuk FawningIni bukan pilihan sadar. Ini adalah respons otomatis dan primal yang diprogram dalam sistem saraf otonom Anda. Anda menyenangkan penyerang atau pengancam karena otak Anda belajar bahwa itu adalah satu-satunya cara untuk bertahan hidup dalam situasi yang mengerikan.

Dari Neurosains ke Kesehatan Mental: Cara Mengatasi

Alt

emre keshavarz, Pexels

Memahami dasar neurosains ini adalah langkah pertama menuju perubahan. Anda tidak "cacat"; Anda hanya memiliki mekanisme otak yang telah terkondisikan secara berlebihan.

1. Kenali Pemicunya

  • Tanyakan Diri Anda: "Apakah saya melakukan ini untuk menghindari kritik (People Pleaser) atau untuk menghindari bahaya/rasa takut yang dalam (Fawning)?"
  • Kenali Perasaan Resentment: Jika Anda selalu mengatakan "ya" tetapi setelah itu merasa kesal, marah, atau lelah secara emosional, itu adalah tanda bahwa batas Anda telah dilanggar.

Baca Juga: Kisah Otak yang Lelah: Brain Rot dalam Perspektif Neuropsikologi

2. Aktifkan Korteks Prefrontal (PFC)

PFC adalah bagian otak yang bertanggung jawab untuk penalaran, regulasi emosi, dan pengambilan keputusan rasional.

  • Berhenti sejenak (Pause): Alih-alih langsung merespons dengan "ya", beri jeda selama 5 sampai 10 detik. Tarik napas dalam. Jeda ini memberi ruang bagi PFC untuk mengambil alih kendali dari Amigdala yang sedang panik.
  • Gunakan Bahasa Batasan: Latih frasa seperti: "Saya perlu waktu untuk mengecek jadwal saya," atau "Saya menghargai Anda bertanya, tetapi saat ini saya tidak bisa." Ini menegaskan batas tanpa langsung menolak atau merasa bersalah.

3. Ganti Sumber Dopamin

Jika Anda seorang People Pleaser, alihkan sumber Dopamin dari validasi eksternal ke validasi internal.

  • Rayakan Keberanian: Rayakan setiap kali Anda mengatakan "tidak" atau menegaskan batas, meskipun itu terasa canggung. Otak Anda akan mulai menghubungkan batas pribadi dengan rasa bangga, bukan rasa takut.
  • Keaslian vs. Persetujuan: Lakukan hal yang sesuai dengan nilai-nilai Anda (keaslian) daripada hal yang akan membuat Anda diterima (persetujuan). Keaslian memberikan kepuasan yang lebih berkelanjutan.

Dengan melatih kesadaran dan batas diri, kita dapat mengajari ulang sistem saraf kita. Kita dapat mengubah kebutuhan primal untuk menyenangkan menjadi kemampuan yang sehat untuk memilih kapan kita ingin membantu, berdasarkan nilai diri, bukan ketakutan.

Share artikel ini

heru wiryanto

Heru adalah seorang ahli di bidang Data Science dan Human Resources. Saat ini, Heru aktif sebagai Director of Innovation Factory di PsikoUpdate Indonesia dan Director of Data Sciences and Artificial Intelligence Consulting Services di DAVEHUNT International.

Mungkin Anda Juga Menyukai

pendaki gunung

Hidup Itu Berjalan, Bukan Berlari

Oleh Dudi Arisandi. Untuk kamu yang terlalu sibuk berlari menjadi yang terbaik, hingga lupa menikmati setiap langkah yang kamu tempuh.

Jan 08, 2024 3 Min Read

Wawancara Kepemimpinan: Kepemimpinan Yang Melayani

Kepemimpinan Yang Melayani

Theo Litaay, SH, LLM, Ph.D, membahas penerapan kepemimpinan yang melayani dalam organisasi untuk meningkatkan kinerja tim dan kesejahteraan.

Feb 19, 2025 56:41 Min Video

Jadi Seorang Pembaca Leader's Digest