Mengapa Fresh Graduate Dituntut Punya Pengalaman Kerja?

Anna Shvets, Pexels
Kesenjangan antara ekspektasi lulusan baru dan kebutuhan industri menjadi tantangan nyata dalam dunia kerja saat ini. Fresh Graduate atau lulusan baru, umumnya didefinisikan baik dari sudut pandang umum maupun perspektif profesional industri sebagai individu yang baru menyelesaikan pendidikan terakhir dengan pengalaman kerja kurang dari dua tahun, kerap merasa terjebak dalam lingkaran kebingungan untuk memperoleh pekerjaan yang diinginkan karena adanya tuntutan pengalaman kerja dari perusahaan. Namun, dengan pemahaman yang tepat mengenai kebutuhan industri, Fresh Graduate dapat memperbesar peluang mereka untuk lebih siap berkompetisi serta mencapai kesuksesan dalam perjalanan karier.
Salah satu strategi yang dapat diterapkan oleh Fresh Graduate adalah meningkatkan kemampuan melalui portofolio atau proyek freelance. Di era digital saat ini, kepemilikan portofolio yang solid mampu menjadi pembeda signifikan dalam proses seleksi. Fresh Graduate dapat memulai dengan proyek kecil yang relevan dengan bidang yang diminati agar dapat memperlihatkan kemampuan mereka secara langsung kepada pihak industri, terutama perekrut yang menjadi gerbang awal proses seleksi. Selain itu, keterlibatan dalam organisasi juga memberi nilai tambah meskipun skalanya relatif kecil. Beberapa langkah yang bisa ditempuh antara lain:
- Membuat portofolio digital atau fisik yang berisi hasil proyek, freelance, atau karya pribadi.
- Terlibat dalam organisasi yang berorientasi inovasi untuk melatih kepemimpinan, kerja sama tim, serta membangun jaringan profesional.
- Mengikuti kegiatan yang relevan dengan bidang studi untuk memperluas wawasan sekaligus menambah pengalaman praktis.
Pertanyaan yang patut direnungkan adalah, apakah organisasi yang pernah diikuti sudah benar-benar memberikan aksesibilitas serta jaringan yang bermanfaat bagi perjalanan karier? Pada kenyataannya, nilai ini memang tidak sebesar pengalaman profesional lain, terlebih jika kandidat tidak mampu menonjolkan nilai tambah yang dapat menarik perhatian saat seleksi.
Karena pada pandangan industri, Fresh Graduate tetap dianggap sama.
Baca Juga: 10 Tips Melamar Kerja untuk Fresh Graduate
Meningkatkan Nilai Tambah Fresh Graduate
Meskipun demikian, hadirnya program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) menjadi wadah positif untuk meningkatkan nilai tambah Fresh Graduate. Program ini memfasilitasi mahasiswa memperoleh pengalaman langsung dari praktisi industri sehingga mereka mendapatkan pengetahuan serta keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Namun, kembali lagi kepada individu, apakah kandidat mampu menyampaikan nilai tambah tersebut pada saat proses seleksi. Faktanya, banyak lulusan dengan pengalaman MBKM tetap menghadapi persaingan ketat. Tidak sedikit yang gagal di tahap akhir seperti wawancara final atau uji kecocokan budaya kerja karena idealisme berlebihan sebagai lulusan kompeten yang merasa sudah seharusnya diterima perusahaan.
Fresh Graduate atau lulusan baru, secara umum maupun dari perspektif profesional industri, dipahami sebagai individu yang baru saja menyelesaikan pendidikan terakhirnya dengan pengalaman kerja kurang dari dua tahun, dan sering kali terjebak dalam kebingungan mencari pekerjaan yang sesuai akibat persyaratan pengalaman kerja yang ditetapkan industri.
Fenomena mahasiswa yang bekerja sambil menempuh pendidikan juga menjadi tren yang patut dicermati. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2019, terdapat sekitar 2,2 juta mahasiswa di Indonesia yang bekerja sambil kuliah. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa tidak hanya berfokus pada pendidikan formal, melainkan juga aktif mencari pengalaman kerja guna meningkatkan daya saing mereka di pasar tenaga kerja. Walaupun pada akhirnya, sebagian gagal karena kesulitan menjaga keseimbangan antara studi dan pekerjaan, kandidat dengan pengalaman seperti ini sering kali memiliki keunggulan lebih untuk melalui proses seleksi. Berdasarkan pengalaman dalam proses rekrutmen, ada banyak dari mereka yang mungkin kalah dalam hal keterampilan lunak dibanding mahasiswa yang fokus belajar, tetapi secara kompetensi justru lebih memuaskan perusahaan. Terutama mentalitas “siap bekerja” lebih menonjol dimiliki oleh kelompok ini. Oleh karena itu, jika dibandingkan dengan lulusan tanpa pengalaman sama sekali, perbedaannya terlihat sangat signifikan.
Bagaimana dengan Fresh Graduate yang memiliki pengalaman berbisnis atau mengelola usaha keluarga? Bagi industri, kandidat dengan latar belakang ini dianggap memiliki nilai tambah karena pemahaman bisnis yang dinilai cukup berharga. Pengalaman dalam mengelola usaha menunjukkan kemampuan berpikir kreatif, mengambil risiko, serta mengatur sumber daya secara efektif, yang merupakan kualitas penting bagi banyak perusahaan. Namun, tidak semua industri mau beradaptasi dengan kandidat seperti ini sehingga berakhir dengan penolakan. Agar lebih meyakinkan, kandidat dengan pengalaman ini sebaiknya menegaskan kontribusi nyata mereka terhadap perkembangan usaha yang dikelola. Dengan demikian, paradigma yang menganggap pengalaman tersebut hanya sekadar belajar dapat diubah menjadi “kehadiran saya membawa nilai tambah”, meskipun usaha yang dikelola hanya berupa warung kopi.
Ini bukan persoalan berjalan atau berlari, melainkan pembelajaran bahwa industri tidak pernah menurunkan standar untuk kandidat, justru sebaliknya.
Menghadapi Realita Dunia Industri
Namun, tidak dapat disangkal bahwa industri sering kali lebih memprioritaskan kandidat dengan pengalaman profesional lebih lama. Salah satu penyebabnya adalah kesenjangan antara ekspektasi gaji Fresh Graduate dengan kompetensi yang dimiliki. Tidak jarang, dalam proses rekrutmen, kandidat menawarkan gaji berdasarkan penilaian pribadi mereka. Jika permintaan tersebut dikabulkan, perusahaan justru menghadapi risiko investasi yang tidak sepadan. Mayoritas industri lebih memilih kandidat berpengalaman karena dianggap lebih siap beradaptasi dengan budaya kerja. Dengan begitu, pandangan mereka mengenai kompensasi lebih fleksibel, terutama ketika kondisi finansial perusahaan belum stabil. Pada akhirnya, perusahaan lebih mudah menemukan kandidat yang sesuai dengan anggaran dan kompetensi yang dibutuhkan sehingga tercipta kecocokan antara individu dan posisi.
Baca Juga: 4 Cara Cerdas Negosiasi Gaji Saat Interview Kerja
Apakah organisasi yang diikuti sejauh ini benar-benar memberi aksesibilitas dan jaringan yang mendukung perjalanan karier?
Tantangan ini menuntut Fresh Graduate untuk benar-benar mempersiapkan diri. Mereka dituntut untuk melangkah lebih jauh. Kandidat yang masih berstatus Fresh Graduate, terutama yang minim pengalaman profesional, perlu meningkatkan keterampilan dan pengetahuan sesuai tuntutan industri serta membangun jejaring yang lebih luas demi menunjang karier. Dengan strategi tersebut, peluang Fresh Graduate untuk mendapatkan kepastian karier dan masa depan yang lebih baik menjadi lebih terbuka. Sayangnya, mayoritas Fresh Graduate mengalami demotivasi sejak awal kelulusan, terutama yang bukan berasal dari universitas ternama. Banyak faktor yang mempengaruhi, mulai dari keputusan orang tua yang menentukan pilihan studi hingga kegagalan masuk perguruan tinggi unggulan. Padahal, jika mereka mampu memanfaatkan aksesibilitas sebaik mungkin di mana pun menempuh pendidikan, hal itu tetap memberikan manfaat besar bagi masa depan. Sayangnya, kandidat dengan sikap demikian masih jarang ditemui.
Karena dalam pandangan industri, Fresh Graduate tetap dianggap sama. Berpengalaman ataupun tidak, tetap tidak ada yang istimewa. Kesenjangan antara harapan lulusan baru dan tuntutan industri masih menjadi tantangan yang nyata dalam dunia kerja hingga saat ini. Namun, dengan pemahaman yang tepat mengenai kebutuhan industri dan langkah konkret, Fresh Graduate dapat memperbesar peluang untuk meraih kesuksesan karier. Dengan menambahkan nilai lebih agar meninggalkan kesan positif pada proses seleksi, serta menawarkan manfaat yang wajar agar tercipta hubungan saling menguntungkan antara kandidat dan perusahaan, peluang akan semakin terbuka. Teruslah melangkah sepuluh, seratus, seribu, bahkan sejuta langkah ke depan demi membangun masa depan lebih baik. Sebab, ini bukan soal berjalan atau berlari, melainkan kesadaran bahwa industri tidak akan pernah menurunkan standar, justru kandidatlah yang harus menyesuaikan diri.
Kepribadian
Tags: Jadilah Seorang Pemimpin, Konsultasi, Pertumbuhan, Sifat Positif
Tito adalah profesional Human Capital dengan lebih dari lima tahun pengalaman di pengembangan organisasi, manajemen talenta, dan kepemimpinan proyek lintas sektor. Ia meraih gelar Sarjana Manajemen dan kini melanjutkan studi Magister Bisnis dan Manajemen.